

Manual of Life Part 2 - Change Your Energy, Change Your Life
By Team Amartha Blog - 25 Feb 2020 - 3 min membaca
Saya melihat anak-anak muda saat ini hidup dalam dunia yang sangat kompetitif. Semua dituntut untuk bisa berprestasi, unggul dan efisien. Sekolah-sekolah bisnis terbaik mengajarkan tools dan strategi untuk sukses, mulai dari mindset hingga eksekusinya.
Perusahaan-perusahaan rintisan pun dikelola oleh para millenials dengan skill set termutakhir, sehingga mampu mengejar dan mengusik korporasi-korporasi besar. Fenomena ini sangat mengagumkan. Kita melihat dunia yang jauh lebih baik, namun tidak utuh.
Di tengah sorot lampu dan kesuksesan itu, tingkat depresi meningkat. Jam kerja yang tinggi membuat orang kelelahan dan jam biologis terganggu. Penyakit-penyakit aneh pun bermunculan. Panic attack, anxiety, insomnia bahkan percobaan bunuh diri kerap terdengar di sekeliling kita, pada orang-orang terdekat kita. Ada apa?
Semua berawal di pagi hari saat kita bangun tidur dan bersiap pergi ke tempat kerja. Dulu, saya pernah merasakan betapa melelahkan dan menjengkelkannya pergi bekerja setiap hari. Saat itu, energi yang mendorong saya untuk meraih sukses adalah kompetisi, menjadi yang terbaik, mencapai sukses secepat-cepatnya.
Hal itu pula yang saya lihat pada diri teman-teman dan lingkungan di sekitar saya. Setelah mencapai keberhasilan, mereka mau lagi dan lagi – greed! Lalu ketika mereka gagal, energi kemarahan dan kebencian memuncak, rasa malu dan keterkucilan dari lingkungan menjadikan mereka depresi dan bahkan ingin bunuh diri.
Dari situ, saya belajar bahwa mengejar kesuksesan itu memang perlu dan baik. Hanya saja, energi yang mendasarinya haruslah sustainable dan mulia, bukan berasal dari motivasi remeh-temeh sekedar urusan gengsi apalagi provokasi netizen di insta story.
Mengubah energi adalah mengubah kesadaran. Mengembalikan respons atas hidup kembali pada diri kita sendiri. Take back ownership of our own lives.
Sebagai seorang pemimpin misalnya, bagaimana kalau motivasi kita menggerakkan team adalah atas dasar cinta kasih untuk bisa melihat mereka tumbuh dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri? Bukan dengan energi arogansi dan intimidasi (kebencian).
Bagaimana jika saat kita menetapkan target, energi yang kita pakai adalah compassion untuk melihat sebanyak mungkin orang mendapatkan manfaat dari apa yang kita kerjakan, dan team yang mengerjakannya mencapai higher potential dari apa yang mereka capai, bukan dengan menebarkan energi ketakutan dan kekhawatiran akan kegagalan.
Bagaimana jika kita sedang belajar, energi yang kita pakai adalah kecintaan kita untuk dapat menimba ilmu sehingga lebih banyak orang dapat melihat kebenaran dari apa yang kita sampaikan, bukan dengan energi kesombongan.
Bagaimana jika kita menjalin persahabatan atau membangun keluarga, energi yang kita pakai adalah cinta kasih untuk memelihara dan berbagi serta bersyukur atas proses nurturing tersebut, bukan energi keterpaksaan dan ketakutan akan kesendirian.
Dengan mengubah energi atas semua yang kita kerjakan, kita akan senantiasa terhubung dengan higher source dan higher purpose, sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri.
Selamat berproses dan menikmati kehidupan!
Artikel Terbaru
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya
Artikel Terkait
Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?
Hubungi Kami SEKARANG
