Mitra

large_mitra amartha ibu lina

medium_mitra amartha ibu lina

small_mitra amartha ibu lina

thumbnail_mitra amartha ibu lina

mitra amartha ibu lina

Di Desa Cikahuripan, Lembang, berdiri sebuah cerita tentang ketekunan, kolaborasi, dan manfaat yang bisa dirasakan banyak orang. Kisah ini milik Ibu Lina Heriyanti, mitra Amartha sejak 2024, yang membuktikan bahwa bisnis bukan hanya tentang keuntungan, tetapi juga kesejahteraan bersama.Perjalanan usaha lemon ini bermula dari suaminya, seorang petani sayur, yang pada 2016 mencoba peruntungan baru menanam lemon. Saat itu, komoditas ini belum banyak dilirik. Di lahan hanya 3 meter persegi, lemon-lemon pertama tumbuh dengan penuh harapan. Namun, dukungan belum banyak datang.Perlahan, Ibu mendapat kesempatan untuk beberapa lahan panen lemonnya direncanakan untuk dibuat agrowisata, bahkan sudah melalui kunjungan dari pejabat daerah, hingga Menteri BUMN Erick Thohir, serta rencana kolaborasi dengan Pupuk Indonesia.Semua berubah saat pandemi melanda, membuat rencana agrowisata yang sempat dirancang terhenti. Namun keberkahan muncul dari cara&nbsp; lain, disebabkan tingginya kebutuhan asupan vitamin C membuat lemon di kala pandemi menjadi primadona. Dari awalnya memulai dengan 3 meter persegi, hingga kini lahan garapan pun berkembang hingga 16 hektar.Bersama dengan ‘Master Lemon’, produksi Ibu Lina semakin berkembang setiap tahunnya. Kini dalam sehari Ibu Lina mampu memproduksi 600 –1.000 botol sari lemon dan lemon madu, membutuhkan sekitar 600 kg lemon setiap kali produksi. Dalam sebulan, lebih dari 3.000 botol dipasarkan ke Bandung, Indramayu, Cirebon, Bekasi, hingga Jakarta. Produk ini tak hanya masuk ke pasar langsung, tapi juga ke tangan para reseller yang sudah menjadi pelanggan setia.<blockquote>“Ibu bersyukur sekali karena Amartha mau melirik Master Lemon untuk diberi dukungan modal. Bukan cuma uang, ibu juga jadi berkesempatan diundang ke acara bazaar dari Amartha jadi ibu bisa kenalkan Master Lemon ke lebih banyak orang. Terima kasih, Amartha”, sebut Ibu Lina.</blockquote>Namun, dampak terbesar dari usaha ini bukan hanya angka produksi atau omzet yang mencapai Rp15 juta per bulan. Bersama sang suami yang mengurus pra-panen, Ibu Lina memberdayakan tetangganya untuk bekerja di lahan, dan membantu produksian dengan total 6 orang, serta 50 mitra petani dengan memberikan bibit, membina hingga panen, lalu membeli hasil mereka untuk diolah. Ia juga membuka kesempatan magang untuk siswa SMK dan kunjungan edukasi agrowisata bagi mahasiswa, membentuk siklus pemberdayaan yang terus hidup.<h2 style="text-align:justify;">Harapan Bersama Amartha: Dari Lemon untuk Negeri&nbsp;</h2><img src="/uploads/img_3_1eb61f1052.jpeg" alt="img 3.jpeg" srcset="/uploads/thumbnail_img_3_1eb61f1052.jpeg 245w,/uploads/small_img_3_1eb61f1052.jpeg 500w,/uploads/medium_img_3_1eb61f1052.jpeg 750w,/uploads/large_img_3_1eb61f1052.jpeg 1000w," sizes="100vw">Kisah Ibu Lina adalah gambaran nyata bahwa akses permodalan yang tepat dapat mempercepat pertumbuhan usaha, memperluas dampak sosial, dan mendorong ekonomi lokal. Melalui dukungan Amartha, infrastruktur keuangan digital kini hadir untuk membantu pelaku usaha mikro seperti Ibu Lina terus berkembang. Ini giliran kita untuk ikut ambil bagian dalam cerita ini.Melalui aplikasi AmarthaFin, kita semua dapat menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi akar rumput. Setiap investasi yang Anda lakukan adalah kontribusi langsung untuk membangun ekosistem usaha yang kuat dan berkelanjutan di desa-desa Indonesia.Mari dukung usaha-usaha seperti Ibu Lina dengan cara download AmarthaFin sekarang dan wujudkan kesejahteraan bersama! &nbsp;

Dari Kebun Kecil hingga Menyentuh Ribuan Botol: Kisah Inspiratif Ibu Lina dan Lemon dari Lembang

large_ibu sherly mitra rajut

medium_ibu sherly mitra rajut

small_ibu sherly mitra rajut

thumbnail_ibu sherly mitra rajut

ibu sherly mitra rajut

Di sebuah sudut Cikole, Bandung, tangan-tangan terampil Ibu Sherly Novita tak pernah berhenti menciptakan karya. Sejak tahun 2010, ia menekuni kerajinan tas rajut ini. Keahliannya ini didapatkan karena kesenangannya dalam proses menjahit dan merajut. Ia belajar secara mandiri hanya melalui video dan mengkreasikan produk rajutannya sendiri. Semakin berkemabng, kini ia menumbuhkan hobinya menjadi sebuah usaha yang mampu menopang kehidupan keluarga.Berkat modal usaha dari Amartha pada tahun 2024, Ibu Sherly dapat membeli bahan baku berkualitas serta alat rajut yang lebih mumpuni. Hasilnya, kapasitas produksinya meningkat signifikan. Kini, bersama dua karyawan yakni yang juga tetangga dan keluarganya, ia mampu memproduksi hingga 250 souvenir rajut per bulan, mulai dari tas mungil hingga karya eksklusif dengan desain unik. Omzet usahanya pun bisa mencapai Rp7.000.000 per bulan, bergantung pada jumlah pesanan.Dalam strategi pemasarannya, Ibu Sherly sengaja memasarkan produk eksklusifnya di destinasi wisata The Castello. Strategi ini bukan hanya menjaga keunikan desainnya agar tidak mudah ditiru, tetapi juga memberi nilai tambah bagi pembeli yang menginginkan kerajinan dengan cerita dan identitas kuat. Dari pasar Ciater hingga wisatawan di The Castello, karya Ibu Sherly telah menjadi buah tangan penuh makna.<blockquote>“Senang sih, berkat modal dari Amartha saya jadi bisa menyetok benang dan alat rajut lebih banyak. Jadi mulai bisa stok barang, jika biasanya saya hanya tunggu DP dari pemesan”, sebut ibu Sherly.</blockquote>Lebih dari sekadar mencari nafkah, usaha Ibu Sherly adalah wujud ketekunan, inovasi, dan cinta pada karya lokal. Dukungan permodalan dan pendampingan dari Amartha memungkinkannya untuk terus berkembang, menjaga kualitas, dan membuka peluang kerja bagi orang di sekitarnya.<h2 style="text-align:justify;">Bersama Kita Wujudkan Kesejahteraan Akar Rumput</h2>Cerita Ibu Sherly hanyalah satu dari ribuan kisah inspiratif mitra Amartha yang membangun ekonomi dari desa hingga kota. Dengan mendukung mereka, kita bukan hanya membeli produk lokal, namun kita sedang membangun kemandirian, memperluas peluang, dan menciptakan dampak nyata. Mari bergabung menjadi bagian dari perubahan ini.Download aplikasi AmarthaFin sekarang dan mulai berinvestasi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama lewat infrastruktur keuangan digital bagi ekonomi akar rumput. &nbsp;

Perjalanan Ibu Sherly Novita Bersama Amartha, Merajut Harapan dari Cikole

large_gusti ian-cover blog.jpeg

medium_gusti ian-cover blog.jpeg

small_gusti ian-cover blog.jpeg

thumbnail_gusti ian-cover blog.jpeg

gusti ian-cover blog.jpeg

Solo, kota budaya dengan denyut ekonomi mikro yang hidup, telah menjadi saksi perjalanan seorang perempuan tangguh bernama Gusti Ian. Sejak tahun 2007, ia sudah mulai menapaki dunia fashion tradisional, dengan satu misi sederhana namun bermakna besar: membuktikan bahwa kebaya bukan pakaian masa lalu, tapi warisan yang bisa dibawa ke masa depan.Tak selalu berjalan mudah, dii awal memulai usaha, Gusti Ian seringkali dipandang sebelah mata. “Siapa yang masih mau pakai kebaya? Itu kan buat mbok-mbok,” begitu komentar yang sering didengar saat ia memutuskan untuk fokus berbisnis kebaya tradisional.Tapi justru dari sana ia mendapat semangat. Ia percaya, kebaya bisa tampil modern, anggun, dan juga simpel. Ia ingin mengangkat kebaya menjadi bagian dari gaya hidup perempuan masa kini tanpa meninggalkan nilai tradisi.Ketika pandemi menghantam, seperti banyak pelaku usaha lainnya, usaha Ibu Gusti sempat terpuruk. Namun tahun 2022 menjadi titik balik. Ia bangkit dan mulai membangun kembali, kali ini dengan visi yang lebih kuat: membuat produk fashion yang long lasting, tidak hanya mengikuti tren, dan yang lebih penting juga adalah mengandung unsur budaya Indonesia.<h3 style="text-align:justify;">Dari Rumah ke Kios, Dari Mimpi ke Nyata</h3>Melalui rekomendasi seorang saudara, Gusti Ian dipertemukan dengan Amartha. Dukungan modal dari Amartha menjadi harapan baru untuk usahanya. Dengan dana itu, ia membeli berbagai kebutuhan seperti etalase, patung display, hingga hanger untuk menampilkan kebayanya menjadi lebih profesional.Tak lama, ia pun mampu menyewa kios sendiri sebagai sebuah langkah besar. Setelah sebelumnya semua ia jalankan dari rumah. Kini, pelanggan bisa lebih nyaman melihat, mencoba, bahkan memesan kebaya sesuai keinginan dari kiosnya. Tak hanya itu, Gusti Ian juga berhasil membeli mobil untuk kebutuhan logistik usahanya sekalipun mobil tua, tapi baginya fungsi lebih penting dari kemewahan.<blockquote>“Alhamdulillah, semakin usaha berkembang saya bisa sewa kios dari yang tadinya cuma buka di rumah. Ditambah bisa beli mobil juga, walaupun mobil tua yang penting fungsinya yo mas,” sebutnya sambil tersenyum.</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Lahirnya “Kebaya Mbok Dhe”</h3>Dari usaha rumahan yang kecil, “Kebaya Mbok Dhe” kini telah berkembang menjadi brand yang dikenal oleh pelanggannya dari berbagai daerah. Ia tidak lagi menjahit semua sendiri. Saat ini sudah lebih dari lima penjahit lokal di Solo turut membantunya memenuhi permintaan pelanggan yang mencapai puluhan pesanan setiap bulannya.Ini bukan hanya tentang pakaian. Ini tentang warisan budaya, pemberdayaan perempuan lokal, dan semangat tak kenal menyerah.<h3 style="text-align:justify;">Amartha dan Perempuan Pelaku UMKM yang Tumbuh Bersama</h3>Sejak 2019, Amartha telah hadir di Solo, mendukung lebih dari 12.000 perempuan pelaku usaha mikro, termasuk 22 pengusaha kebaya dan batik. Salah satunya adalah Ibu Gusti Ian.Dengan visi menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan merata, Amartha percaya bahwa mendukung perempuan seperti Ibu Gusti berarti mendukung keberlanjutan ekonomi Indonesia dari akar rumput.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bersama Amartha: Toko Lebih Besar, Dampak Lebih Luas</h3>Ibu Gusti memiliki harapan sederhana namun besar: membuka toko yang lebih luas dan bisa mempekerjakan lebih banyak orang. Ia ingin keberhasilan ini juga dirasakan oleh orang lain, terutama para perempuan di sekitarnya.Ini giliran kita untuk ikut ambil bagian dalam cerita ini. Dengan memulai investasi di Celengan Amartha, kamu tidak hanya berkesempatan meraih imbal hasil hingga 7% per tahun, tapi juga berkontribusi langsung pada pertumbuhan usaha mikro perempuan di Indonesia. Mulai hanya dari Rp10.000. Cara investasinya mudah hanya dengan download dan registrasi di aplikasi AmarthaFin.Karena di balik setiap kebaya yang dijahit, ada harapan yang dirajut. Dan di balik setiap rupiah yang kamu investasikan, ada masa depan yang lebih cerah untuk perempuan pengusaha seperti Ibu Gusti Ian.Yuk, mulai pendanaan berdampak mu hari ini bersama Amartha!Tonton cerita selengkapnya di video ini.

Dari Cinta pada Kebaya, Lahir “Kebaya Mbok Dhe”: Perjalanan Ibu Gusti Ian Bangkitkan Warisan Budaya dari Solo

large_WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40.jpeg

medium_WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40.jpeg

small_WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40.jpeg

thumbnail_WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40.jpeg

WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40.jpeg

Jika ada pepatah petitih minang yang menyebutkan&nbsp;tiado rotan akapun jadi, tiado kayu janjang dikapiang (tidak ada kayu, tangga pun dibelah) – mungkin itu yang tepat menggambarkan semangat Rosna, perempuan tangguh asal Solok, Sumatera Barat untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih sejahtera. Memutuskan mengadu nasib di perantauan saat usia 29 tahun tanpa memiliki keterampilan khusus membuatnya harus memanfaatkan setiap peluang yang ada. Meski terlihat sulit dan kecil namun tetap ia ambil.&nbsp;Memiliki tujuh orang anak membuatnya harus lebih ekstra mencari pendapatan tambahan membantu sang suami yang kala itu bekerja sebagai montir mobil truk. Itulah yang mendorong dirinya melakukan banyak pekerjaan serabutan guna menyambung hidup dan membantu perekonomian keluarganya. Hingga satu titik, ia memberanikan diri untuk menggali keterampilan tambahan saat usianya menginjak 41 tahun kala itu.<h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Cerita Menenun Ibu Rosna</h2>Bermula dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Disnaker Kota Pekanbaru yang saat itu membuka pelatihan kursus menjahit dan menenun kain songket, Rosna memutuskan mengikuti pelatihan tenun untuk pertama kali atas masukan anak pertamanya yang telah lebih dulu menggelutinya. Sempat ragu dengan kemampuannya mengejar pelatihan, namun terbesit kata di batinnya,&nbsp;“kalau urang lain bisa, kok ambo indak” (kalau orang lain bisa, kok saya tidak)&nbsp;mendorongnya untuk terus mencoba.&nbsp;<img src="/uploads/Whats_App_Image_2025_04_04_at_10_52_40_1_94b173c400.jpeg" alt="WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40 (1).jpeg" srcset="/uploads/thumbnail_Whats_App_Image_2025_04_04_at_10_52_40_1_94b173c400.jpeg 235w,/uploads/small_Whats_App_Image_2025_04_04_at_10_52_40_1_94b173c400.jpeg 500w,/uploads/medium_Whats_App_Image_2025_04_04_at_10_52_40_1_94b173c400.jpeg 750w,/uploads/large_Whats_App_Image_2025_04_04_at_10_52_40_1_94b173c400.jpeg 1000w," sizes="100vw">Proses merapikan benang pada kain songket cara disisir satu persatu menggunakan jari agar menghasilkan susunan motif yang diinginkan.Dengan tekad kuat, dalam kurun waktu satu bulan, ibu Rosna sudah bisa menjahit dan menyambungkan motif kain. Kemampuannya pun terus meningkat hingga akhirnya ia bisa menenun kain songket pertamanya setelah intens mengikuti pelatihan selama tiga bulan. Mulailah ia menenun untuk pesanan pribadi dan juga rumah tenun walau pesanan kadang pasang surut. Meskipun belum banyak yang bisa ia produksi namun bisa menambah pendapatan keluarganya.Bertahun-tahun berlalu, tak disangka nasib baik menyelimuti kehidupannya. Melalui anak&nbsp; pertamanya – Dhea yang juga aktif bekerja di salah satu perusahaan rumah tenun songket dan manufaktur di Pekanbaru, memberikan kesempatan kepada ibunya untuk membantu memasok kain tenun tambahan dan dipasarkan ke mancanegara, seperti Malaysia, Turki hingga Dubai. <img src="/uploads/Whats_App_Image_2025_03_17_at_14_35_39_dfd127cecd.jpeg" alt="WhatsApp Image 2025-03-17 at 14.35.39.jpeg" srcset="/uploads/thumbnail_Whats_App_Image_2025_03_17_at_14_35_39_dfd127cecd.jpeg 208w,/uploads/small_Whats_App_Image_2025_03_17_at_14_35_39_dfd127cecd.jpeg 500w,/uploads/medium_Whats_App_Image_2025_03_17_at_14_35_39_dfd127cecd.jpeg 750w,/uploads/large_Whats_App_Image_2025_03_17_at_14_35_39_dfd127cecd.jpeg 1000w," sizes="100vw">Saat menenun songket membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, dikarenakan jika salah dalam menyematkan benang maka motif yang akan dihasilkan juga akan berbeda.<h2 style="text-align:justify;">Awal Mula Bertemu dengan Amartha Saat Membutuhkan Modal Usaha</h2>Melihat besarnya potensi tenun kain Melayu di pasar Internasional, setelah bekerja untuk produksi kain di rumah tenun, ia memutuskan untuk membawa alat tenun yang dihibahkan oleh pemerintah daerah agar bisa memproduksi kain tenun lebih maksimal di rumahnya. Dalam sebulan ia mampu memproduksi 5-6 set kain tenun dengan omset mencapai 8-9 juta rupiah, bergantung pada tingkat kerumitan motif tenun yang dibuat.Namun kala itu ia mengaku sempat merasa kebingungan untuk mencari tambahan modal belanja bahan benang dan kain. Maklum saja, pendapatan yang ia hasilkan baru bisa diterima setelah pesanan kain tenun terkirim.&nbsp;<blockquote>“Awalnyo ibuk sempat nio manolak pasanan dari lua karano modalnyo ndak cukuik, tapi untuang ado tetangga yang manggaleh maagiah tau kalua bisa pinjam modal usaho di Amartha.”&nbsp;Rosna bercerita saat itu ia mengetahui Amartha dari tetangganya yang lebih dulu mengajukan modal usaha.&nbsp;</blockquote>Menurutnya proses pengajuan modal usaha Amartha sangat memudahkan kelangsungan usaha tenun kainnya. Bahkan adanya pendampingan tenaga lapang Amartha bisa membantunya mulai memasarkan kain tenunnya ke&nbsp;marketplace, ungkap Rosna yang saat itu telah mendapatkan modal usaha dari Amartha sejak tahun 2021.Menghabiskan waktu selama 30 tahun dengan beragam pengalaman hidup di perantauan membuatnya ingin kembali ke Solok namun tetap bisa menjalankan usaha tenunnya. Dibantu&nbsp; anak pertamanya yang aktif memasarkan hasil tenunnya di pasar lokal dan ekspor membuat Rosna mendapatkan pesanan rutin tiap bulan.<h2 style="text-align:justify;">Harapan Menenun Bersama Amartha</h2>Meski di usia yang tidak lagi secepat dan sejeli dulu, ia merasa bersyukur dapat mengubah arah nasib hidup dan keluarganya menjadi lebih baik. Bahkan ia bisa merenovasi rumah dan memulai usaha ladang bawang yang dijalankan oleh suaminya. Kini untuk bisa terus mengejar pesanan, ia dibantu oleh anak ke-6nya – Puput, yang secara bergantian menenun sembari anaknya berdagang donat di desa.<blockquote>“Yo ituang ituang tigo urang disiko bisa manolong keperluan sahari-hari, dan ado apak lo yang maladang bawang” (ya itung-itung di sini ada tiga orang yang menolong keperluan sehari-hari, karena ada bapak yang bantu meladang bawang),&nbsp;sambung Rosna.</blockquote>Kedepannya ia masih sangat ingin memproduksi lebih banyak kain tenun untuk dipasarkan, namun terkendala oleh fasilitas. Pasalnya ia hanya memiliki satu alat tenun, sehingga tidak bisa mempekerjakan atau memberi pelatihan kepada orang lain. Padahal menurutnya masih banyak permintaan pasar baik lokal maupun mancanegara yang belum terlayani secara maksimal.<img src="/uploads/Whats_App_Image_2025_03_18_at_17_25_07_427533e3be.jpeg" alt="WhatsApp Image 2025-03-18 at 17.25.07.jpeg" srcset="/uploads/thumbnail_Whats_App_Image_2025_03_18_at_17_25_07_427533e3be.jpeg 208w,/uploads/small_Whats_App_Image_2025_03_18_at_17_25_07_427533e3be.jpeg 500w,/uploads/medium_Whats_App_Image_2025_03_18_at_17_25_07_427533e3be.jpeg 750w,/uploads/large_Whats_App_Image_2025_03_18_at_17_25_07_427533e3be.jpeg 1000w," sizes="100vw">Motif Siku Keluang merupakan kain tenun yang melambangkan sikap dan tanggung jawab yang menjadi idaman dalam masyarakat Melayu.Ibu Rosna juga berharap semakin banyak generasi muda yang ingin belajar tenun dengan sungguh-sungguh agar warisan kebudayaan kain tenun Songket Melayu ini tidak padam. tutup Rosna seraya mengayun alat tenun.Kisah Ibu Rosna mencerminkan tantangan dan peluang yang akan dibahas dalam The 2025 Asia Grassroots Forum yang diselenggarakan oleh Amartha. Seperti banyak perempuan pengusaha ultra mikro di Asia Tenggara, ibu menghadapi hambatan dalam mengakses modal formal, yang awalnya menghambat pertumbuhan usahanya. Namun, dengan dukungan pembiayaan berbasis komunitas, ia mampu mengembangkan bisnis tenunnya hingga menembus pasar global.Mau ikut serta dalam pemberdayaan pelaku usaha UMKM ini bersama Amartha? Yuk mulai langkahmu dengan mendownload <a href="https://amartha.com/blog/tentang-amartha/apa-itu-aplikasi-amarthafin/">aplikasi AmarthaFin</a> dan dukung akses permodalan mereka dengan cara investasi di <a href="https://amartha.com/blog/tech/business/investasi-di-celengan/">Celengan</a>! &nbsp;

Pantang Menyerah di Usia Senja: Perjalanan Ibu Rosna Menenun Kesejahteraan Keluarga Hingga Mancanegara

large_WhatsApp Image 2025-04-05 at 21.52.27.jpeg

medium_WhatsApp Image 2025-04-05 at 21.52.27.jpeg

small_WhatsApp Image 2025-04-05 at 21.52.27.jpeg

thumbnail_WhatsApp Image 2025-04-05 at 21.52.27.jpeg

ibu lilis peternak cacing

“Usaha ini menjanjikan,&nbsp;neng. Ibu punya rumah sama kendaraan juga hasil dari sini,” ujar Lilis Suhartini dengan senyum merekah dan matanya yang berbinar. Lilis merupakan perempuan tangguh asal Pangalengan, Jawa Barat, yang menjalankan usaha budidaya dan pemasok bubuk cacing.Setiap pagi, perempuan berusia 36 tahun ini memulai hari dengan memanen cacing yang dikembangbiakkan ladang yang ada di halaman belakang rumahnya. Lahan yang ia miliki memang tidak luas, tetapi cukup untuk menghidupi keluarga, bahkan menghasilkan omset mencapai 100 juta rupiah setiap bulannya.Mujur, ia tinggal di Desa Margamekar yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan dengan udara sejuk dan tanah kaya unsur hara, dimana mayoritas masyarakatnya secara tidak langsung membentuk ekosistem yang saling mendukung dari kegiatan bertani dan beternak.Usaha ternak cacing yang dikelola Lilis pun menjadi bagian dari rantai alami. Cacing menjaga ekosistem dengan menyuburkan tanah sementara limbah organik dari peternakan&nbsp;diserap oleh cacing sebagai pakan. Siklus ini menjadikan budidaya cacing sebagai usaha yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.Lilis tidak sendiri saat memanen cacing tanah. Suaminya, Hendi Rustandi, ikut membantu kedua karyawannya sekaligus melakukan pengendalian mutu sejak tahap awal. Hasil panen kemudian dibawa ke rumah produksi yang terletak hanya beberapa langkah dari ladang.Prosedur berikutnya adalah memisahkan cacing dari tanah. Prosedur ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian karena proses pengerjaan dilakukan dengan cara yang tradisional yaitu memilah dengan tangan. Pertama-tama, hasil panen ditumpuk menjadi seperti gunungan kecil. Kemudian dipisahkan pakai kedua telapak tangan yang bergerak bersamaan ke arah belakang.Ditengah proses pemilahan, Lilis bercerita mengenai alasan ia memilih dan menekuni usaha yang telah digeluti selama 13 tahun. Awalnya Lilis hanya menjual cacing hidup ke kenalannya yang bekerja di suatu pabrik farmasi. Namun, kenalannya menawarkan agar Lilis dan suami mengembangkan variasi produk seperti cacing kering dan bubuk cacing.<img src="/uploads/unnamed_2025_04_05_T215440_660_ec1ce40d53.jpg" alt="unnamed - 2025-04-05T215440.660.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_unnamed_2025_04_05_T215440_660_ec1ce40d53.jpg 234w,/uploads/small_unnamed_2025_04_05_T215440_660_ec1ce40d53.jpg 500w," sizes="100vw">(Cacing kering, produk baru yang dikembangkan oleh Lilis)<blockquote>“Pertamanya Ibu cuma kirim cacing hidup. Terus kenalan Ibu&nbsp;nanyain, ‘Ibu bisa gak buat yang kering? Ibu jawab, ‘enggak bisa’. Akhirnya, Ibu ditawari ikut penyuluhan. Setelah ikut penyuluhan selama satu bulan, Ibu langsung praktik dan ternyata hasilnya bagus. Dari situ, Ibu buat produk cacing kering sama yang bubuk,” jelas ibu dari dua anak ini.</blockquote>Setelah cacing dipilah dengan telaten, Lilis mencucinya di air mengalir secara berulang kali hingga benar-benar bersih. Ia selalu memastikan cacing tetap segar sebelum direbus dalam air mendidih. Kata Lilis, cacing segar merupakan kunci utama agar cacing dapat tahan lama.Selama bertahun-tahun menjalankan usaha, Lilis melakukan pengeringan menggunakan oven berukuran sedang, yang membuat proses pengerjaan menjadi memakan banyak waktu dan berdampak pada kualitas yang dihasilkan.Ia pun mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa. Akan tetapi ia tidak puas karena modal yang diterima tidak utuh. Ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.Pada tahun 2023, Lilis diajak oleh tetangganya untuk bergabung dengan Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai empat juta rupiah yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat dan ia perlu merekrut dua karyawan tambahan guna memenuhi permintaan pelanggannya. Sekarang ia memiliki empat karyawan.Begitu cacing kering sempurna, cacing dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis&nbsp;lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp200.000. Sayangnya setelah pengiriman, Lilis tidak bisa langsung mendapatkan pembayaran. Ia perlu menunggu satu hingga dua minggu sampai pembayaran cacingnya cair karena pabrik perlu memeriksa kualitas cacing yang dikirimkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya.&nbsp;Sementara cacing berukuran besar atau jenis&nbsp;perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di&nbsp;e-commerce. Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp250.000.Sejak mendapatkan permodalan dari Amartha, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim&nbsp;Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan&nbsp;e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.<blockquote>“Ibu juga jualan di&nbsp;online buat yang bubuk cacing. Kalau&nbsp;online yang beli dari mana-mana. Pernah kirim ke Jawa Tengah. Ke Flores juga pernah. Ada yang pesan sekilo pun tetap Ibu layanin,” tuturnya.</blockquote>Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.&nbsp;Mau ikut serta dalam pemberdayaan pelaku usaha UMKM ini bersama Amartha? Yuk mulai langkahmu dengan mendownload<a href="https://amartha.com/blog/tentang-amartha/apa-itu-aplikasi-amarthafin/">&nbsp;aplikasi AmarthaFin</a> dan dukung akses permodalan mereka dengan cara investasi di<a href="https://amartha.com/blog/tech/business/investasi-di-celengan/">&nbsp;Celengan</a>! &nbsp;

Beromset 100 Juta Per Bulan, Ini Kisah Lilis Bangun Rumah Impian dari Usaha Ternak Cacing

large_DSC07276.jpg

medium_DSC07276.jpg

small_DSC07276.jpg

thumbnail_DSC07276.jpg

DSC07276.jpg

Ibu Wiji Lestari adalah seorang pengusaha kue rumahan yang telah berbisnis sejak tahun 2017. Awalnya, Ibu Wiji mencoba peruntungan dengan membuka warung makan kecil, namun sayang warungnya sering sepi peminat dan banyak makanan yang terbuang. Melihat kondisi tersebut, Ibu Wiji tidak menyerah. Ia belajar dari kakaknya yang sudah lebih dulu berbisnis kue pasar, hingga akhirnya memberanikan diri untuk memulai usaha kue sendiri.UMKM Kue Rumahan miliknya kini melayani pesanan berbagai jenis kue tradisional yang biasanya dibutuhkan untuk hajatan dan acara besar masyarakat. Harga yang dipatok pun cukup terjangkau dan variatif, mulai dari seribu rupiah sampai tiga ribu rupiah tergantung pesanan. Kini, ia lebih fokus membuat jenis kue tradisional seperti sagon putu ayu dan ketan. Menurutnya, kue jenis ini cukup laris karena cocok disantap di pagi maupun sore hari sebagai teman ngopi, harganya juga murah dengan kualitas rasa yang nikmat.Dengan bantuan tiga orang karyawannya, setiap hari mereka memproduksi hingga 1.400 kue dari pagi hingga sore. Usaha kue ini tak hanya membantunya memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. &nbsp;<blockquote>“Kini, pesanan yang masuk selalu ada terus. Dari produksi harian 100 kue hingga saat ini bisa mencapai 1.500 kue. Alhamdulillah, omset yang kini didapatkan pun lumayan, bisa 5-6 juta per bulannya,” tambahnya.</blockquote>Kue sagon yang paling laris dari buatan Ibu Wiji adalah kue tradisional berbahan dasar kelapa parut yang disangrai, tepung ketan, dan gula. Bahan-bahan ini dicampur hingga rata, lalu dipanggang hingga kue sagon menjadi renyah dan harum.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Kue Bersama Amartha</h3>Walaupun usahanya kian berkembang, Ibu Wiji memiliki impian yang lebih besar. Ia ingin menambah variasi kue lain dan memperluas usahanya dengan merekrut lebih banyak karyawan. Namun, keterbatasan modal masih menjadi tantangan baginya saat ini. Dengan tekad yang kuat, Ibu Wiji yakin suatu saat ia bisa mencapai impian tersebut, tidak hanya untuk kesejahteraan keluarganya, tapi juga bagi masyarakat di sekitarnya.&nbsp;Cerita Ibu Wiji adalah bukti bahwa ketekunan dan keberanian untuk terus belajar dapat membuka jalan menuju kesuksesan.<h3 style="text-align:justify;">Dukung Pengusaha Mikro di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM di pedesaan, tak hanya Ibu Wiji sebagai pengusaha bisnis kue, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata.&nbsp;Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran kamu mainkan peranmu bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa kamu dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah!Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Rintis Bisnis Kue Rumahan Hingga Miliki Karyawan, Bukti Usaha Sukses Ibu Wiji Lestari

large_DSC07261.jpg

medium_DSC07261.jpg

small_DSC07261.jpg

thumbnail_DSC07261.jpg

DSC07261.jpg

Ibu Karni asal Solo, Jawa Tengah, Indonesia merupakan salah satu mitra Amartha yang berhasil melakukan transformasi usaha menjadi lebih baik dari sebelumnya.Dahulu Ibu Karni membuka usaha jahit rumahan yang sering menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam. Alasan tak tega, anak pertamanya membantu Ibu mencari solusi bisnis lain, yakni bisnis kue kering yang bisa dikerjakan dari rumah saja. Dimulai dengan modal satu juta rupiah, Ibu Karni mulai membuka bisnis kue Marie Wijen dari resep yang diberikan anaknya sebagai pengalamannya saat bekerja di pabrik roti.Berjalan cukup baik, kini ini sudah bisnis kue marie wijen Ibu Karni sudah memasuki usia enam tahun bersamaan dengan bergabungnya Ibu Karni sebagai mitra Amartha.Jika dahulu Ibu Karni masih sering dibantu oleh anak dan suaminya mengerjakan&nbsp; pesanan kue marie wijen ini, kini Ibu sudah dibantu oleh dua orang tetangganya agar cukup untuk memenuhi pesanan setiap harinya.Dalam sehari, Ibu dan dua orang karyawannya mulai bekerja dari jam 9 hingga jam 5 sore dan jam 6 sore kue buatan Ibu sudah harus disetorkan kepada pengepul sebanyak kurang lebih 1.200 pcs untuk dibawa ke pasar lalu di distribusi ke penjual-penjual di pasar. Dijual dengan harga satuan Rp 800, omset per hari Ibu bisa mencapai Rp 800 ribu, belum termasuk pengeluaran modal.Ibu bersyukur dengan selama enam tahun menjalani usaha ini, Ia mendapatkan akses permodalan dari Amartha, sehingga bisa mulai membuka usaha marie wijen dan menambah modal untuk mengembangkan.<blockquote>“Saya bersyukur sekali ada Amartha yang bisa bantu memberikan modal. Karena untuk membuka bisnis ini dari nol, saya perlu banyak membeli alat dan bahan.”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Resep Membuat Kue Marie Wijen</h3><img src="/uploads/DSC_07265_8dba328566.jpg" alt="DSC07265.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_DSC_07265_8dba328566.jpg 245w,/uploads/small_DSC_07265_8dba328566.jpg 500w,/uploads/medium_DSC_07265_8dba328566.jpg 750w,/uploads/large_DSC_07265_8dba328566.jpg 1000w," sizes="100vw">Camilan yang nikmat disantap saat pagi atau sore hari bersama dengan kopi atau teh favorit ini ternyata mudah dibuat sendiri, lho. Bahan yang digunakan anti ribet dan sangat mudah didapatkan. Cukup dengan biskuit marie, gula dan wijen, kudapan ini sudah bisa dinikmati. Penasaran cara membuatnya?Cara membuat kue marie wijen:<ul><li>Pertama-tama, siapkan teflon anti lengket lalu lelehkan&nbsp; gula pasir&nbsp; dengan api kecil hingga gula meleleh sempurna.&nbsp;</li><li>Selanjutnya, masukkan margarine, aduk hingga rata lalu tuang air, masak sambil terus diaduk dengan api kecil. Dalam proses ini kecilkan api sampai yang paling kecil. Tujuannya agar gula tidak cepat mengeras.&nbsp;</li><li>Selanjutnya, ambil satu atau dua keping bikuit marie lalu celupkan ke gula. Gunakan penjepit agar mudah membolak baliknya, ketuk-ketukkan sebelum diangkat agar gula yang menempel tidak terlalu tebal.&nbsp;</li><li>Gulingkan ke wijen yang sudah disangrai sebelumnya.</li><li>Kemudian, balur wijen ke semua permukaan biskuit, angkat dan sisihkan. Lakukan hingga akhir.</li><li>Tunggu gula yang menempel di biskuit dingin, setelah itu masukkan ke dalam toples.</li></ul><h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Kue Marie Wijen Bersama Amartha</h3>Sempat naik turun dan mencoba untuk melakukan usaha lain, tak membuat semangat Ibu Karni menurun. Karena keluarga yang harus ia biayai adalah yang utama dan juga orang-orang yang bergantung pada pekerjaan ini.Ibu juga memiliki harapan ingin belajar melakukan pemasaran melalui online. Ia percaya jika usahanya bisa semakin besar, sehingga ia bisa menambah varian lain, serta menambah lebih banyak karyawan agar lebih berdaya.<blockquote>“Saya lihat jenis kue ini sangat diminati. Saya ingin orang-orang di luar daerah saya juga mencoba kue yang saya buat ini melalui promosi online. Semoga saja ada jalannya untuk bisnis saya lebih berkembang”&nbsp;</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Pengusaha Mikro di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM di pedesaan, tak hanya Ibu Karni sebagai pengusaha kue kering, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata.&nbsp;Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran kamu mainkan peranmu bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa kamu dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah!Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Transformasi Rumah Jahit Menjadi Pemilik Usaha Kue Marie Wijen dengan Modal 1 Juta

large_DSC07289.jpg

medium_DSC07289.jpg

small_DSC07289.jpg

thumbnail_DSC07289.jpg

DSC07289.jpg

Ibu Rima Kumalasari adalah sosok inspiratif yang telah berjuang selama tujuh tahun dalam mengembangkan usahanya sendiri. Berawal dari usaha yang dikelola oleh mertuanya, Ibu Rima memutuskan untuk belajar mandiri dan mulai bekerja sama dengan beberapa butik sebagai produsen batik, serta memperluas pasar dengan bekerja sama dengan beberapa toko online.Kini, ia semakin bahagia karena bisa lebih banyak mengeksplorasi motif batik yang ia buat melalui pola-pola rumit dan warna-warna cerah dari tekstil tradisional ini. Ia pun mendorong batasan pola batik pada umumnya dengan menambahkan sentuhan modern pada pola batik konvensional, menggabungkan motif kuno dengan estetika kontemporer.Tak hanya pesanan rutin dari butik yang bekerja sama, Ibu Rima juga seringkali menerima pesanan seragam dari berbagai lembaga karena kualitas batik dan jahitan Ibu Rima yang sangat baik.&nbsp;Meskipun ia yang memproduksi batiknya sendiri, ia bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pemasaran. Pesanan batiknya kini sudah tersebar hingga ke Bantul, Wonosobo, dan Kulonprogo. Dengan dukungan tim kecil yang terdiri dari 9 orang, mereka mampu menghasilkan sekitar 10 lembar batik jadi setiap harinya.<h2 style="text-align:justify;">Jenis Batik Buatan Ibu Rima</h2><img src="/uploads/DSC_07288_58d2bf9b0f.jpg" alt="DSC07288.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_DSC_07288_58d2bf9b0f.jpg 245w,/uploads/small_DSC_07288_58d2bf9b0f.jpg 500w," sizes="100vw">Batik Cap Kombinasi Canting (Abstrak Modern)Batik jenis ini menggunakan metode canting dan cap. Canting untuk menambahkan detail, elemen gambar tangan, atau memodifikasi pola dari cap. Teknik kombinasi ini menghasilkan desain pola batik yang lebih fleksibel dan menonjolkan kreativitas dalam proses desain, sehingga menghasilkan kreasi tekstil batik yang unik dan mencolok mewakili pendekatan kontemporer.Batik SoloBatik Solo terkenal dengan desain, motif, dan tekniknya yang khas. Batik Solo biasanya menampilkan pola dan motif rumit yang terinspirasi oleh budaya, mitologi, dan tradisi Jawa. Sering kali menunjukkan pola bunga, bentuk geometris, dan simbol yang memiliki makna budaya. Palet warna yang digunakan pada Batik Solo cenderung cerah dan kaya dengan warna nila, coklat, merah, dan kuning yang menonjol.Batik Cap&nbsp;Batik Cap mengacu pada pembuatan batik seni tekstil tradisional Indonesia dengan menggunakan stempel. Batik cap cukup populer karena efisiensi dan kemampuannya menghasilkan pola yang detail dan konsistensinya. Batik cap telah menjadikan batik lebih mudah diakses dan terjangkau dengan tetap mempertahankan makna seni dan budaya desain batik tradisional.<h3 style="text-align:justify;">5 Motif Batik yang Mudah Digambar oleh Pemula</h3>Batik, sebagai warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO, memiliki keindahan dan kekayaan motif yang melimpah. Berikut beberapa motif batik yang tidak hanya cantik tapi juga mudah digambar.&nbsp;<h3 style="text-align:justify;">1. Motif Batik Kawung</h3>Motif Batik Kawung adalah salah satu motif tertua dalam sejarah batik Indonesia. Inspirasi motif ini berasal dari bentuk buah kawung. Motif ini terdiri dari rangkaian bentuk lingkaran yang disusun simetris, dimana setiap lingkaran dihubungkan dengan lingkaran lainnya membentuk pola yang teratur dan serasi.Motif Kawung yang sederhana ini membuatnya mudah untuk dipelajari dan digambar oleh pemula. Serta memungkinkan eksplorasi dalam pemilihan warna untuk meningkatkan estetika desain.<h3 style="text-align:justify;">2. Motif Batik Megamendung</h3>Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dengan ikon batik daerah Cirebon, mengusung desain yang merepresentasikan ilustrasi awan dengan gradasi warna mencolok yang memberikan efek dramatis dan elegan.Motif batik Mega Mendung melambangkan pemberian harapan akan turunnya hujan yang penting untuk menyuburkan pertanian. Bentuk awannya yang besar dan sederhana memudahkan para pemula untuk menggambar, sementara pilihan warnanya yang berani dapat menjadi media ekspresi yang menarik.<h3 style="text-align:justify;">3. Motif Batik Ceplok</h3>Batik ceplok berasal dari Yogyakarta dan terinspirasi dari pola ornamen candi Hindu dan Budha. Motif ini terdiri dari berbagai macam bentuk bulat atau lonjong yang disusun secara simetris.Kerapatan dan repetisi pola dalam Motif Ceplok menjadi tantangan sekaligus kesenangan dalam proses belajar batik. Motif ini memberi kebebasan bagi para pelukis batik untuk berkreasi dengan berbagai variasi bentuk dan warna.<h3 style="text-align:justify;">4. Motif Batik Parang</h3>Batik Parang adalah salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Bentuk motif batik parang itu berupa huruf “S” yang digambar secara berkaitan satu sama lain dan membentuk diagonal miring layaknya lereng gunung. Meskipun terlihat kompleks, pola dasarnya yang repetitif memudahkan pemula untuk memulai pendekatan mereka terhadap batik.<h3 style="text-align:justify;">5. Motif Kerang</h3>Batik Kerang khas Situbondo sudah terkenal di dunia internasional. Salah satu yang membuat batik ini terkenal adalah motifnya yang unik, yaitu bermotif kerang yang dipadukan dengan elemen-elemen alam lainnya. Warna-warna yang digunakan dalam batik ini sering kali mencerminkan kekayaan laut, dengan dominasi warna biru, hijau, dan coklat.<h3 style="text-align:justify;">Peluang Bisnis Ekspor Batik</h3>Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor batik Indonesia pada 2023 berjumlah US$17,5 juta. Dalam keterangan lebih lanjut, batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke negara-negara seperti Amerika Serikat (porsi 74,75%), Jerman (3,61%), Singapura (3,23%), Malaysia (2,82%), dan Kanada (1,92%) yang menjadikan batik Indonesia sangat memiliki peluang untuk menembus pasar ekspor.Dalam sebuah&nbsp;<a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20240501/12/1762001/umkm-batik-perlu-ekosistem-pasar-digital">artikel</a>, Kepala bidang usaha Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Riesta mengatakan jika “Tantangan UMKM batik itu ada dua, pertama aspek legalitas dan yang kedua manajerial. Masalah legalitas yang paling sering ditemukan antara lain kasus hak intelektual dan juga hak merek, sedangkan masalah manajerial yaitu bagaimana UMKM mikro bisa dikelola dengan baik hingga bisa mencari pasar sendiri dan ini menjadi PR untuk kita semua,”<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Batik Bersama Amartha</h3><img src="/uploads/DSC_07285_85a051da33.jpg" alt="DSC07285.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_DSC_07285_85a051da33.jpg 245w,/uploads/small_DSC_07285_85a051da33.jpg 500w," sizes="100vw">Selama beberapa tahun terakhir menjadi mitra Amartha dan mendapat akses permodalan, bisnis Ibu Rima Kumalasari telah berkembang dengan penambahan lebih banyak pengrajin untuk membantunya dalam usaha ini. Dia terus mendukung pengrajin lokal dengan tujuan memberdayakan komunitas sekitar. Setiap kain yang ia gambar, tidak hanya merayakan keindahan tradisi membatik tetapi juga menginspirasi orang lain untuk menghargai warisan mereka.Tak cukup sampai disitu, Ibu Rima juga memiliki impian untuk membuka galeri agar bisa menampilkan hasil karyanya, termasuk baju-baju dari batik yang ia buat sendiri. Ia juga berharap bisa lebih sering mengadakan workshop batik bagi generasi muda, sehingga mereka bisa lebih mengenal dan melestarikan budaya batik Indonesia bahkan hingga dilihat oleh pasar dunia.Keinginan Ibu Rima untuk mengenalkan karya batiknya hingga ke pasar ekspor mengobarkan semangat Ibu Rima untuk terus belajar, berkarya, dan berbagi, membuatnya menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.<h3 style="text-align:justify;">Dukung Pengusaha Mikro di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM di pedesaan, tak hanya Ibu Rima sebagai pemilik usaha batik, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata.&nbsp;Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran kamu mainkan peranmu bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa kamu dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah!Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Potensi UMKM Batik Lokal untuk Pasar Ekspor Indonesia

medium_AMF00370.jpg

small_AMF00370.jpg

thumbnail_AMF00370.jpg

AMF00370.jpg

Tak hanya sektor swasta, UMKM Bali pada sektor kerajinan juga terus tumbuh menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Ibu Jero Wayan Astrini, seorang mitra usaha Amartha mungkin jadi salah satu pelaku usaha yang terlibat di dalamnya.Ibu Jero sudah melakukan usaha kerajinan dekorasi pajangan burung ini selama 20 tahun secara turun temurun. Awal mula ibu berbisnis kerajinan ini karena sering ikut serta saat membantu usaha saudara ipar. Saat itu, Ibu Jero membantu dalam proses produksi dan juga menjualnya di pasar seni. Saat Ibu merasa keahlian yang dimiliki sudah cukup, Ibu mulai mengumpulkan modal dan buka produksi sendiri.<h2 style="text-align:justify;">Produktivitas Tinggi dengan Kualitas Terbaik</h2><img src="/uploads/AMF_00299_4f831b6fed.jpg" alt="AMF00299.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_00299_4f831b6fed.jpg 234w,/uploads/small_AMF_00299_4f831b6fed.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_00299_4f831b6fed.jpg 750w," sizes="100vw">Meskipun bisnis Ibu Jero masih berupa UMKM, Ibu Jero berhasil mencapai produktivitas yang cukup mengesankan. Dalam satu bulan, beliau dan dua orang karyawannya mampu memproduksi 500 produk dekorasi burung atau tergantung pesanan dengan harga satuan sekitar Rp 75.000 untuk ukuran kecil hingga Rp 350.000 untuk ukuran besar (ukuran dan jumlah pesanan tergantung pesanan).Jenis dekorasi yang dibuat Ibu Jero bisa beragam, meski memang lebih banyak permintaan untuk pembuatan dekorasi berbentuk burung, salah satunya jenis burung pelikan, serta Jalak Bali yang merupakan burung khas asal Bali.Pemasaran Ibu Jero masih sebagian besar didominasi untuk men-supply ke toko-toko souvenir terdekat. Namun, sudah beberapa kali juga Ibu Jero menerima pesanan untuk dikirim ke luar negeri seperti Malaysia hingga 200 pcs. Keberhasilan ini tentu tidak terlepas dari dedikasi tinggi dan kualitas terbaik yang dihasilkan oleh Ibu Jero dan timnya. Harga yang kompetitif pun sejalan dengan kualitas terbaik menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.Proses awal dimulai dengan pencarian kayu yang tepat dan berkualitas baik. Ibu Jero dan suami secara selektif memilih jenis kayu yang sesuai standar kualitas untuk memastikan kekuatan dan keindahan produk yang dihasilkan. Misalnya memilih kayu dengan warna dasar yang pas, tekstur yang matang dan ukuran yang pas agar mudah dibentuk.Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan dekorasi pajangan tersebut. Ibu Jero dan suami mengaplikasikan keahliannya secara langsung, dari pengukuran, membuat pola, pengukiran, hingga pengecatan. Awalnya proses ini dilakukan sebagian besar sendiri, namun saat ini sudah ada yang bekerja untuknya sebanyak dua orang yang merupakan saudara atau para tetangganya.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Dekorasi Bersama Amartha</h3>Meski bisnis UMKM ini bisa bertahan selama 20 puluh tahun terakhir, namun Ibu juga memiliki banyak tantangan di dalam prosesnya. Tantangan tersebut adalah ketika Ibu harus mencari bahan kayu yang sesuai yakni jenis kayu sengon dan atau kayu albasia.&nbsp;Selain harga yang cukup mahal, beliau juga harus berlomba lebih dulu untuk mendapatkan bahan dasar kayu ini sebelum orang lain. Oleh karena itu, modal dari Amartha cukup berarti dalam pembelian&nbsp; alat dan bahan sehingga mempercepat proses produksi.Ibu juga memiliki harapan ingin membuka mini galeri supaya dapat menampilkan hasil produk ini di jalan-jalan besar.<blockquote>“Saya berharap bisa secepatnya terkumpul modal untuk membuka mini galeri untuk men-display produk yang telah dibuat di tempat atau di jalan besar, agar orang-orang tertarik melihat hasil karya saya”</blockquote><blockquote>“Saya juga ingin sekali belajar mempromosikan melalui online agar bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan di luar Bali. Saat ini sudah ada beberapa pelanggan, namun saya masih punya harapan untuk lebih membesarkan bisnis ini kedepannya”&nbsp;</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Pengusaha Mikro di Amartha</h3>Keinginan Ibu Jero masih sangat mungkin diwujudkan. Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM di pedesaan, tak hanya Ibu Jero sebagai pengusaha dekorasi pajangan burung, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata.&nbsp;Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran kamu mainkan peranmu bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa kamu dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah!Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a> &nbsp;

Potensi Bertumbuh UMKM Bali Melalui Bisnis Dekorasi Pajangan Burung

large_MKC07803 (1).jpg

medium_MKC07803 (1).jpg

small_MKC07803 (1).jpg

thumbnail_MKC07803 (1).jpg

MKC07803 (1).jpg

Tahukah kamu jika kerusakan yang ditimbulkan pasca panen yang kurang baik dapat mencapai 20 – 30 %, sehingga&nbsp; pendapatan yang seharusnya diterima oleh petani mengalami juga akan mengalami penurunan. Hal ini juga yang akan menyebabkan nilai jual dari produk tersebut mengalami penurunan bahkan tidak laku dijual di pasaran.Sebagai pebisnis yang melakukan jual-beli sayur, Ibu Nung juga merasakan hal serupa. Ibu Nung telah menjalani usaha jual-beli sayur selama 34 tahun lamanya dan seringkali merasakan kerugian yang lumayan akibat hasil panen petani yang tidak lolos standar pasaran. Ibu biasanya mendapatkan hasil sayur dari para petani yang telah bekerja sama, lalu Ibu tawarkan kembali kepada pabrik-pabrik olahan atau juga ke pasar.Kerugian yang selama ini Ibu derita, membuat Ibu memikirkan solusi lain agar hasil panen yang telah ia beli tidak terbuang percuma. Hasil panen kentang yang Ibu ambil dari petani sebanyak 300 kg atau 3 kwintal setiap kali panen memang tak selalu memiliki hasil yang baik.Setiap hasil panen tiba, Ibu beserta karyawannya mulai memisahkan hasil sayur ke dalam berbagai grade. Grade A, grade B dan juga sayur sisa. Khususnya kentang, Ibu melihat jika terkadang hanya kulit kentangnya saja yang tidak terlihat baik, namun bagian dalamnya masih sangat bagus dan layak untuk dimakan.<h2 style="text-align:justify;">Awal Mula Membuka Bisnis Kentang Kupas</h2><img src="/uploads/MKC_07795_1_1_d219225a6f.jpg" alt="MKC07795 (1) (1).jpg" srcset="/uploads/thumbnail_MKC_07795_1_1_d219225a6f.jpg 234w,/uploads/small_MKC_07795_1_1_d219225a6f.jpg 500w," sizes="100vw">Ibu berpikir bagaimana memanfaatkan hasil tani kentang ini agar tidak terbuang sia-sia. Perlahan, Ibu mulai mengupas kentang di waktu senggangnya dan mulai menjajakan ke warung-warung makan terdekat untuk diolah kembali menjadi makanan. Tak disangka, ternyata bisnis kentang kupas ini menjadi potensi bisnis yang menguntungkan. Bahkan harga per kilonya bisa melebihi dari harga kentang grade A yang lolos&nbsp;quality control pabrik.Ibu mengaku sangat senang karena hasil bisnis kentang kupas ini berjalan baik di luar ekspektasi karena bisa saling memberdayakan ibu-ibu sekitar untuk bekerja. Terhitung sudah dua tahun, Ibu Nung menjalani usaha kentang kupas ini dan memberdayakan sebanyak 10 Ibu-ibu di area rumahnya untuk mengerjakan kentang kupas ini.Ibu Nung mengaku jika para Ibu-ibu lainnya sangat senang bisa menjadi pekerja mengupas kentang untuk mengisi kegiatan sekaligus mendapat penghasilan dari aktivitas ini.Tak hanya memanfaatkan kentang sisa untuk dikupas dan dibersihkan, kulit sisa hasil pengupasan kentang tersebut juga Ibu kumpulkan di dalam karung dan diberikan kepada para peternak untuk dijadikan campuran pakan sapi. Sehingga, tidak ada hasil kentang yang terbuang percuma.Dalam satu minggu, Ibu dan pekerjanya bisa mengupas kentang hingga ratusan kg untuk segera didistribusikan ke pabrik dan warung-warung langganan dengan omset Rp3 juta - Rp 5 jutaan setiap minggunya saat hasil panen sedang baik dan harga stabil.Hasil keuntungan dari bisnis jual-beli sayur dan kentang kupas ini Ibu gunakan untuk menyekolahkan anak hingga lulus, membantu perekonomian keluarga hingga pembelian lahan untuk usaha tani.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Kentang Bersama Amartha&nbsp;</h3>Bisnis Ibu Nung tentu tak ingin berhenti sampai disini, Ibu juga sudah mulai berpikir untuk membuat bisnis olahan kentang&nbsp;chips. Jenis camilan keripik kentang renyah ini dibuat dari jenis kentang pilihan, yakni kentang atlantik dengan standar kualitas keripik kentang di Kanada dan Amerika Serikat yang masih cukup jarang dan mahal di Indonesia.Oleh karena itu, saat ini Ibu masih mengumpulkan modal untuk impiannya tersebut. Ditambah lagi dengan alat-alat memasak yang diperlukan Ibu Nung cenderung mahal dengan biaya produksi yang tidak sedikit.<blockquote>“Saya berharap bisa secepatnya terkumpul modal untuk usaha keripik kentang, karena hasilnya yang menguntungkan, sekaligus bisa jadi lapangan pekerjaan untuk ibu-ibu yang bantu kerja di sini”</blockquote>Selain kentang kupas, Ibu Nung juga menerima pesanan kentang potong apabila ada acara tertentu. Pada saat itu pula, akan semakin banyak Ibu-ibu sekitar yang bekerja dengan Ibu Nung untuk mendapatkan tambahan penghasilan.<blockquote>"Saya bersyukur sekali bisa mengenal Amartha, sedikit demi sedikit mulai terkumpul untuk menabung. Semoga impian saya bisa cepat terkabul”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Pengusaha Mikro di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM di pedesaan, tak hanya Ibu Nung sebagai pengusaha kentang kupas, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Tingkatkan Nilai Hasil Panen Melalui Usaha Kentang Kupas

large_AMF08262.jpg

medium_AMF08262.jpg

small_AMF08262.jpg

thumbnail_AMF08262.jpg

AMF08262.jpg

Punya nilai klasik yang kental,&nbsp;anyaman bambu sebagai properti hingga kini tak kehilangan pamornya di tengah-tengah masyarakat. Anyaman memiliki filosofi tersendiri yaitu mempererat tali persaudaraan yang selama ini melekat sebagai salah satu kebudayaan Indonesia.Khususnya anyaman bambu memiliki banyak model yang&nbsp;dimodifikasi dalam berbagai bentuk, berupa keranjang, bakul nasi, kipas, topi, jok kursi, pagar bambu, kursi anyam, karpet, bambu, tas, tudung saji, atau piring anyam.Anyaman bambu sebagai properti bilik banyak ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Fungsi dan kegunaan bilik umum nya dipakai untuk dinding rumah, gajebo, dan sejenisnya. Namun sering juga dipakai untuk pagar pembatas proyek pembangunan, hingga alas cor bangunan.<h2 style="text-align:justify;">Kelebihan Kegunaan Anyaman Bilik&nbsp;</h2><img src="/uploads/AMF_08253_109fc0a948.jpg" alt="AMF08253.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08253_109fc0a948.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08253_109fc0a948.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08253_109fc0a948.jpg 750w," sizes="100vw">Banyak yang mempertanyakan apa sih kelebihan atau keuntungan dinding yang menggunakan anyaman bilik bambu?Seperti kita ketahui bahwa ada dua jenis bilik bambu yang biasa digunakan sebagai penutup dinding bangunan. Masing-masing bilik tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda pula, sesuai dengan jenis bahan yang digunakan. Berikut perbedaannya;1. Bilik daging (bagian daging bambu) terbuat dari bagian daging bambu, biasanya tanpa corak atau polos yang terbuat dari bambu hitam atau bambu apus.2. Bilik hinis (kulit luar bambu/sembilu) terbuat dari kulit terluar dari bambu yang dianyam demikian rupa, bisa polos maupun corak/motif.<ul><li style="text-align:justify;">Bilik polos terbuat dari satu jenis bambu tanpa adanya motif atau corak, biasanya dari bahan hinis bambu apus.</li><li style="text-align:justify;">Bilik motif atau corak terbuat dari dua jenis atau lebih hinis bambu,biasanya bagian corak menggunakan bahan dari bambu hitam dan warna dasar dari bambu apus.</li></ul><h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Bisnis Anyaman Bilik Ibu Susi</h2><img src="/uploads/AMF_08249_6a631bc28d.jpg" alt="AMF08249.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08249_6a631bc28d.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08249_6a631bc28d.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08249_6a631bc28d.jpg 750w,/uploads/large_AMF_08249_6a631bc28d.jpg 1000w," sizes="100vw">Peluang usaha inilah yang dimanfaatkan oleh Ibu Susi untuk menjadi pengrajin anyaman bilik. Ibu Susi sudah menjalankan usaha ini selama sekitar 25 tahun dari usaha turun temurun.Merupakan bisnis keluarga, Ibu Susi dibantu oleh sang suami dan anak dalam pengerjaan serta melakukan pemasaran barang ke luar kota melalui online dan kolega hingga ke daerah Jabodetabek. Selain suami dan anaknya, dahulu Ibu hanya memiliki pekerja sebanyak tiga orang. Namun sekarang, karyawan Ibu sudah mencapai 15 orang yang memiliki tugas untuk membuat motif, mengecat, dan mengamplas. Semua pekerja Ibu Susi merupakan para tetangganya sehingga Ibu dapat memberdayakan orang-orang di sekitarnya.Pesanan Ibu banyak digunakan untuk warung lesehan, bilik rumah tinggal, bilik rumah makan, dan pembuatan saung. Hasil anyaman bilik ini didistribusikan hingga ke daerah Bogor, Tangerang dan Jakarta. Bahkan Ibu juga pernah menerima pesanan untuk dikirim ke Qatar, Arab, dan juga Riyadh.Dalam satu minggu, Ibu dan pekerjanya bisa membuat 50 lembar bilik hingga 20 lembar bilik sehari saat banjir pesanan. Anyaman bilik Ibu biasa dijual mulai dari Rp60.000 hingga Rp175.000 tergantung dari ukuran dan jenis anyaman biliknya.Hasil keuntungan dari penjualan anyaman selama ini digunakan untuk sekolah anak, membantu perekonomian keluarga hingga membuka satu bengkel untuk pengolahan rotan.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Bisnis Bilik Anyaman Bersama Amartha&nbsp;</h3>Meski sudah lama menjalankan usaha bilik anyaman, Ibu Susi mengaku sering kekurangan modal agar bisnisnya dapat terus berjalan di tengah gempuran produk-produk lain di pasaran. Hal inilah yang membuat Ibu Susi memutuskan untuk bergabung dengan Amartha. Modal dari Amartha sangat membantu perkembangan usaha anyaman bilik milik Ibu yang digunakan untuk membeli bahan baku seperti bambu batangan, kuas, cat minyak dan lain sebagainya.<blockquote>"Saya bersyukur sekali bisa mengenal Amartha, dulu sempat pinjam modal dari bank, dan koperasi desa namun masih tidak cukup untuk kebutuhan bisnis saya. Ditambah lagi sulitnya perizinan untuk mendapatkan modal. Tapi berkat Amartha, saya jadi bisa mendapatkan tambahan kekurangan modal tersebut”</blockquote>Selain itu, Ibu juga memiliki mimpi yang lebih besar untuk usahanya.<blockquote>"Saya berharap dapat membuka cabang di Tangerang karena banyak permintaan dari area Jabodetabek. Untuk saat ini saya dan bapak sedang mengumpulkan modalnya. Semoga keinginan saya cepat terkabul."</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Susi sebagai anyaman bilik, tapi juga pengusaha mikro lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.

Lestarikan Budaya Indonesia dengan Bisnis Anyaman Bilik

large_AMF08178.jpg

medium_AMF08178.jpg

small_AMF08178.jpg

thumbnail_AMF08178.jpg

AMF08178.jpg

Siapa yang tak suka dengan strawberry, buah kecil berwarna merah dengan rasa manis yang menyegarkan? Strawberry adalah salah satu buah yang&nbsp;terkenal dengan kandungan vitamin C yang begitu baik, serta kandungan folat atau vitamin B9 dan potasium. Ditambah lagi, buah strawberry juga kaya akan antioksidan dan senyawa tanaman yang membuat buah ini menjadi favorit banyak orang.Buah yang kaya akan vitamin ini juga banyak dijadikan olahan makanan dan minuman untuk disajikan sehari-hari. Karena banyaknya manfaat guna yang diberikan oleh buah strawberry, membuat buah ini banyak memiliki peminat. Peluang usaha inilah yang digunakan oleh Ibu Cuminah, mitra usaha Amartha untuk mulai melakukan budidaya strawberry.Ibu Cuminah dan suami mengakui jika sektor UMKM ini mampu mendatangkan keuntungan yang cukup tinggi, sehingga berkebun strawberry menjadi peluang dan prospek menjanjikan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga.Sekedar informasi, strawberry dapat tumbuh pada kurang lebih 1.000-1500 meter dari permukaan laut.&nbsp;Budidaya tanaman strawberry ini sendiri dipengaruhi beberapa faktor serupa&nbsp; cuaca, tanah dan indikator lain.&nbsp;Strawberry tidak akan tumbuh dengan sempurna jika curah hujan datang setiap hari. Sebaliknya, tanaman ini dapat tumbuh dengan maksimal curah hujan sebanyak 600-700 mm per tahun di tempat di area mereka ditanam.Meskipun buah ini termasuk ke dalam kategori tanaman subtropis yang dapat tumbuh baik di sebagian besar wilayah Indonesia, nyatanya strawberry lebih mudah beradaptasi di dataran tinggi dengan suhu sekitar 17-20 derajat Celcius. Ditambah dengan asupan sinar matahari selama 8-10 jam setiap harinya untuk membantu strawberry&nbsp;tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, tak semua area di Indonesia baik untuk pertumbuhan tanaman strawberry.&nbsp;<h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Budidaya Strawberry</h2><img src="/uploads/AMF_08157_e8580fd966.jpg" alt="AMF08157.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08157_e8580fd966.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08157_e8580fd966.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08157_e8580fd966.jpg 750w,/uploads/large_AMF_08157_e8580fd966.jpg 1000w," sizes="100vw">Salah satu area yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya strawberry ini adalah daerah Pasir Jambu, Bandung, Jawa Barat, yang merupakan tempat tinggal Ibu Cuminah.Ibu Cuminah dan suami memang belum terlalu lama menjalankan budidaya strawberry ini. Terhitung baru menginjak empat tahun mereka melakukannya. Sebelumnya, Ibu Cuminah dan suami berfokus untuk usaha tani tanaman lain seperti, jagung, cabai hijau, kacang merah, bawang dan masih banyak lainnya. Ibu telah menjalankan usaha tani ini selama 20 tahun yang juga merupakan usaha turun temurun. Barulah sekitar empat tahun belakangan Ibu Cuminah mulai mengembangkan usahanya ke budidaya strawberry. Selama empat tahun itu pula, Ibu sudah bergabung di Amartha dan mendapatkan permodalan.Alasan Ibu sebagai&nbsp;petani memilih usaha budidaya strawberry, adalah karena strawberry hanya membutuhkan dua bulan untuk siklus berbuah dari pembibitan. Buah ini juga mudah ditanam dan bisa panen dalam dua hari sekali. Selain hasil panennya yang terbilang cepat, buah ini juga banyak diminati oleh wisatawan.Sebut saja dalam sekali panen, Ibu Cuminah bisa mendapatkan 3 tray buah strawberry. Dalam 1 tray berisi 12 kilo buah strawberry dengan omset sekitar 700-800 ribu.Ibu mengatakan jika hasil dari budidaya strawberry yang belum lama ia lakukan ini, memang belum mencapai angka fantastis namun semakin meningkat seiring waktu.<blockquote>“Alhamdulillah mbak, walau belum seberapa. Hasil dari budidaya strawberry ini Ibu sudah bisa membeli motor dan juga membelikan kendaraan untuk anak ke sekolah. Ibu yakin kalau usaha stroberi ini bisa jadi besar dan akan terus ada banyak peminat”</blockquote>Sebagai petani, Ibu Cuminah bekerjasama dengan distributor untuk pengiriman strawberry yang dijual ke kota-kota besar, seperti area bandung, Jakarta, Sukabumi dan daerah wisatawan lainnya.&nbsp;Hasil strawberry tersebut juga dikirim ke supermarket hingga pasar induk yang ada di kota-kota besar di Indonesia.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Budidaya Strawberry Bersama Amartha&nbsp;</h3><img src="/uploads/AMF_08182_1_905deacefb.jpg" alt="AMF08182 (1).jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08182_1_905deacefb.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08182_1_905deacefb.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08182_1_905deacefb.jpg 750w," sizes="100vw">Ibu mengaku jika usaha budidaya strawberry ini dapat berkembang setiap waktu karena juga ada andil dari Amartha.<blockquote>“Saya bersyukur sekali karena bisa mendapat modal sebesar 10 juta dari Amartha. Ibu jadi bisa gunakan untuk menambah lahan baru untuk (tanam) strawberry, buat beli bibit, pupuk, dan juga vitamin tanaman.”</blockquote>Tak berhenti hanya empat tahun ini. Ibu Cuminah memiliki keinginan untuk membeli lahan lagi yang lebih besar agar strawberry yang dihasilkan jadi lebih banyak. Lahan tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya sayur atau buah-buahan lainnya. Ibu percaya semakin banyak lahan yang bisa ia kelola maka ia juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.<blockquote>“Saya berharap bisa punya lahan yang lebih besar. Supaya panennya lebih banyak dan bisa buka lapangan pekerjaan untuk orang lain juga. Biar bagi-bagi rezeki juga.”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Jangan sampai usaha dari Ibu Cuminah berhenti karena tidak mendapatkan akses pendanaan. Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Cuminah, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a> &nbsp;

Manisnya Keuntungan Usaha Tani dari Budidaya Strawberry

large_AMF08104.jpg

medium_AMF08104.jpg

small_AMF08104.jpg

thumbnail_AMF08104.jpg

AMF08104.jpg

Siapa disini yang wajib sedia kerupuk sebagai pelengkap makanan utama? Tenang, bukan kamu saja yang punya kebiasaan ini. Faktanya camilan renyah ini memang sangat akrab bagi hampir setiap orang Indonesia untuk dinikmati karena kehadiran kerupuk dapat membangkitkan selera makan.Ada banyak sekali jenis kerupuk di Indonesia yang bisa kamu pilih. Salah satu yang menjadi favorit adalah kerupuk mie sangrai. Kerupuk mie kuning atau sering disebut kerupuk ojay atau juga kerupuk mie sangrai sudah menjadi kuliner khas Cimaung, kabupaten Bandung sejak lama.Pembuatan aneka jenis kerupuk ojay atau kerupuk mie sangrai tidak memerlukan keterampilan khusus, yaitu cukup menggunakan alat yang sederhana dan bahan yang tidak sulit didapat. Bahkan industri rumah tangga produksi kerupuk mie ojay ini juga dapat kamu temui di berbagai kota di Jawa Barat, salah satunya di daerah Cimaung, Bandung.Biasanya produksi pembuatan kerupuk mie sangrai terbagi dua yakni pembuatan kerupuk mentah dan kerupuk matangnya yang sama-sama menghasilkan potensi keuntungan. Potensi inilah yang dilihat oleh salah satu mitra Amartha, Ibu Tarliah untuk membuka produksi kerupuk matang mie sangrai.<h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Produksi Kerupuk Mie Sangrai Ibu Tarliah</h2><img src="/uploads/AMF_08098_7eb7b3490b.jpg" alt="AMF08098.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08098_7eb7b3490b.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08098_7eb7b3490b.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08098_7eb7b3490b.jpg 750w,/uploads/large_AMF_08098_7eb7b3490b.jpg 1000w," sizes="100vw">Seperti yang sudah disebutkan, jenis kerupuk yang dijual ibu Tarliah adalah kerupuk mie sangrai yang sudah matang. Keunikan dari kerupuk ini adalah matangnya bukan digoreng, tetapi disangrai menggunakan pasir yang dipanaskan di wajan berukuran besar.&nbsp;Kerupuk pasir umumnya aman dikonsumsi karena bahan pembuatannya aman dan menggunakan garam khusus. Cara pembuatan inilah yang membuat kerupuk pasir renyah dan gurih.Kerupuk mie dapat dijadikan santapan harian sebagai pendamping menu utama, atau bisa juga sebagai cemilan sore yang disajikan dengan cocolan sambal. Namun, mendekati bulan Ramadhan, kerupuk ini akan mengalami peningkatan permintaan.Ibu Tarliah sudah menjalani usaha kerupuk mie sangrai ini selama lima tahun. Sebelumnya, Ibu Tarliah bekerja di pabrik konveksi namun akhirnya memilih menjalankan usaha ini karena orang tua dari Ibu Tarliah sudah tidak bisa melakukan bisnis ini lagi.Dahulu Ibu hanya bekerja sendiri bersama bapak (suami), yang awalnya cuma produksi 20 kg dari kerupuk mentah dalam seminggu, sekarang Ibu bisa mencapai 80 kg kerupuk mentah/seminggu yang dibantu oleh lima orang karyawannya.Selama menjalankan usaha kerupuk mie sangrai ini, Ibu merasa sangat bangga karena sudah membuka lapangan kerja sebanyak lima orang yang bekerja di rumah produksinya, serta puluhan ibu-ibu rumah tangga lainnya untuk membantu dalam pengemasan di rumahnya masing-masing.Produksi setiap hari, hasil kerupuk mie sangrai yang telah selesai digoreng langsung dikemas dan dibawa ke pasar, disebar ke toko-toko dan juga dijajakan keliling menggunakan mobil juga motor oleh karyawan ibu. Cocok dijadikan oleh-oleh, kerupuk mie sangrai ini bahkan sudah didistribusikan ke Pangalengan, Sukabumi, Bandung, Jakarta dan lain sebagainya.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Produksi Mie Sangrai Bersama Amartha&nbsp;</h3><img src="/uploads/AMF_08123_e3f7646713.jpg" alt="AMF08123.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_08123_e3f7646713.jpg 234w,/uploads/small_AMF_08123_e3f7646713.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_08123_e3f7646713.jpg 750w,/uploads/large_AMF_08123_e3f7646713.jpg 1000w," sizes="100vw">Kini sudah lima tahun terhitung sejak Ibu Tarliah bergabung di Amartha. Selama itu pula Ibu sudah menjalani usaha kerupuk mie sangrai ini dengan dukungan modal sebesar Rp6 juta rupiah dari pendana Amartha.<blockquote>“Alhamdulillah modal sebesar 6 juta dari (pendana) Amartha, bisa Ibu gunakan untuk membeli bumbu, membeli kerupuk mentah, kayu bakar dan juga alat memasak untuk membantu bisnis ini berkembang.”</blockquote>Berkat pendanaan tersebut produksi Ibu menjadi semakin besar dan membuat pendapatan ibu juga meningkat mencapai Rp3 juta dalam seminggu. Dari keuntungan yang dikumpulkan, Ibu kini bisa menyewa pabrik rumahan sebagai tempat untuk memasak dan menjemur kerupuk agar tidak perlu lagi bekerja di rumah Ibu yang sempit. Sebagai tambahan Ibu juga telah membeli mobil yang berguna untuk mengantarkan hasil kerupuk, setelah sebelumnya hanya menyewa.Namun, harapan ibu tak berhenti sampai disini. Ibu memiliki mimpi yang lebih besar, yakni ingin menyewa tempat lagi yang lebih besar. Hal ini dimaksudkan agar bisa menampung ibu-ibu pekerja yang membantu membungkus kerupuk di satu tempat saja karena selama ini ibu-ibu pekerja mengerjakannya dari rumah masing-masing.Ibu juga berharap usaha ini dapat terus menjadi lebih besar agar dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga setinggi-tingginya.Simak video selengkapnya disini:

<h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ini saatnya kita bersama-sama dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Tarliah, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Peluang Usaha Kerupuk Mie Sangrai yang Wujudkan Banyak Mimpi

large_AMF08030.jpg

medium_AMF08030.jpg

small_AMF08030.jpg

thumbnail_AMF08030.jpg

AMF08030.jpg

Memiliki banyak manfaat serta punya nilai jual yang tinggi, membuat Ibu Wiwi memutuskan untuk menjadi petani lobak putih di kota asalnya, Pangalengan, Jawa Barat.Awalnya Ibu Wiwi membuka usaha warung kopi di rumahnya. Sedangkan suami dari Ibu Wiwi adalah seorang buruh pedagang telur di pasar. Setelah itu, sang suami mengikuti tetangganya yang membuka usaha jual-beli budidaya lobak putih.&nbsp;Pada akhirnya Ibu dan bapak memutuskan untuk menjalankan usaha budidaya lobak putih sendiri karena dinilai memiliki jumlah keuntungan yang tinggi. Mimpi Ibu Wiwi yang ingin mengembangkan usahanya membuat tekadnya bergabung di Amartha semakin besar. Saat ini Ibu sudah bergabung selama mitra Amartha selama tujuh tahun.Mulai di beberapa tahun terakhir, Ibu Wiwi memperbesar lahan kebunnya untuk ditanami cabe rawit, cabe keriting dan juga kopi dengan pertimbangan keuntungan, lamanya waktu panen, serta permintaan pasar yang cukup tinggi.<h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Budidaya Lobak Putih</h2><img src="/uploads/AMF_07972_32c864189d.jpg" alt="AMF07972.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_07972_32c864189d.jpg 234w,/uploads/small_AMF_07972_32c864189d.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_07972_32c864189d.jpg 750w,/uploads/large_AMF_07972_32c864189d.jpg 1000w," sizes="100vw">Tujuh tahun yang lalu, Ibu Wiwi mengawali pinjaman modal dari Amartha hanya sebesar Rp1,5 juta rupiah lalu hingga kini Ibu sudah mendapatkan modal sebesar Rp12 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.&nbsp;<blockquote>“Alhamdulillah, modal dari pendana baik Amartha, Ibu dan bapak gunakan untuk menyewa lahan dan memperbanyak jenis tanaman seperti cabe dan kopi. Modal terakhir, kita sewa lahan di belakang rumah untuk budidaya lobak putih biar makin besar dan banyak panennya.”</blockquote>Tak hanya sewa lahan, Ibu Wiwi juga menuturkan modal dari pendana baik Amartha digunakan untuk pengadaan peralatan (cangkul, selang air, sarung tangan dsb), pembelian pupuk, vitamin, serta bibit yang berkualitas baik. Hal ini dikarenakan sebelumnya Ibu dan bapak sempat kesulitan karena bibit yang didapat jelek sehingga hasil panen tidak sesuai, disamping cuaca saat ini yang sering hujan dan menyebabkan bibit membusuk.Penambahan lahan membuat Ibu Wiwi serta merta juga membuka lapangan pekerjaan di desanya. Saat ini Ibu memiliki karyawan dengan total sembilan orang, dimana sebanyak lima orang membantu mengangkut lobak putih yang siap panen, serta empat orang lainnya membantu di kebun.Dalam sekali panen, kebun Ibu bisa menghasilkan 700 kg lobak putih segar yang langsung didistribusikan ke beberapa pabrik di Tangerang, Sukabumi, dan beberapa daerah lainnya. Lobak putih segar ini biasanya dapat langsung dijual ke supermarket atau juga diolah kembali di pabrik untuk dibuat menjadi bahan baku pembuatan kimchi dan didistribusikan kembali ke toko-toko melalui proses yang panjang.Selain lobak putih segar, ada banyak juga lobak putih yang rusak dan ditumpuk secara terpisah karena tidak lolos&nbsp;quality control untuk dijual kepada produsen. Namun lobak-lobak ini tidak langsung dibuang begitu saja. Lobak putih grade B ini diolah lagi oleh Ibu dan karyawannya, dibersihkan, dipotong-potong dan direndam untuk dijadikan asinan maupun acar.<blockquote>"Betul mba, lobak yang kualitasnya tidak mulus ini tidak langsung dibuang. Tapi kita olah jadi asinan. Prosesnya engga lama kok hanya 2-3 harian saja. Habis itu dibantu dijual kembali untuk dijadikan oleh-oleh, bahkan bisa dikirim antar pulau hingga ke Pontianak. Saya berusaha agar tidak ada hasil panen yang dibuang begitu saja"</blockquote><h2 style="text-align:justify;">Harapan Dari Usaha Budidaya Lobak Ibu Wiwi</h2><img src="/uploads/AMF_07979_d779909edf.jpg" alt="AMF07979.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_07979_d779909edf.jpg 234w,/uploads/small_AMF_07979_d779909edf.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_07979_d779909edf.jpg 750w,/uploads/large_AMF_07979_d779909edf.jpg 1000w," sizes="100vw">Selama menjalankan usaha UMKM budidaya lobak putih ini, hasil keuntungannya digunakan untuk menyekolahkan anak, membeli kendaraan motor, dan juga sewa lahan yang semakin besar. Namun tak cukup sampai disini, Ibu dan bapak juga memiliki keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi, membeli tanah sendiri dan juga rumah. Selain itu Ibu juga berharap agar usahanya semakin maju agar bisa berdayakan orang-orang di sekitarnya.<blockquote>“Ibu berharap supaya usaha ini semakin maju sampai bisa membeli lahan sendiri. Jadi Ibu bisa buka lapangan kerja untuk orang banyak untuk mengurangi pengangguran di kampung ini.”</blockquote>Ibu juga menyampaikan terima kasih kepada pendana baik Amartha atas modal yang disalurkan kepada para pengusaha mikro, salah satunya usaha tani seperti Ibu Wiwi dan pengusaha lainnya.<blockquote>“Ibu juga mau berterima kasih dengan Amartha dan para pemodal, karena sangat membantu sekali Ibu dan bapak untuk sewa lahan semakin besar. Bahkan saya dan bapak jadi salah satu yang mengelola kebun luas di area sini.”</blockquote>Tonton cerita lengkap mengenai semangat usaha budidaya Ibu Wiwi di youtube Amartha: &nbsp;

<h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ayo dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Wiwi, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Hidupi Keluarga Hingga Buka Lapangan Kerja dari Usaha Budidaya Lobak Putih

large_AMF03088.jpg

medium_AMF03088.jpg

small_AMF03088.jpg

thumbnail_AMF03088.jpg

AMF03088.jpg

Ibu Sri Nurhayati adalah salah satu mitra Amartha asal Solo, Jawa Tengah yang sudah menggeluti bisnis jahit rumahan selama 20 tahun lamanya.Dulu Ibu memiliki punya banyak karyawan penjahit hingga 10 orang, namun setelah sempat merasakan naik turunnya bisnis ini ditambah lagi dengan situasi pandemi, membuat bisnis Ibu semakin sulit untuk maju kembali.Ibu sudah menyukai aktivitas menjahit karena Ibu memiliki ketrampilan ini sejak muda dan menilai menjahit adalah pekerjaan yang cocok untuk dikerjakan ibu rumah tangga dari rumah. Hingga kini di tengah kesibukan Ibu sebagai ketua majelis Amartha, Ibu masih bisa menerima pesanan jahitan sambil mengurus anak.<h3>Perjalanan Usaha Jahit Ibu Sri Nurhayati</h3><img src="/uploads/AMF_03097_65a204c5ad.jpg" alt="AMF03097.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AMF_03097_65a204c5ad.jpg 234w,/uploads/small_AMF_03097_65a204c5ad.jpg 500w,/uploads/medium_AMF_03097_65a204c5ad.jpg 750w,/uploads/large_AMF_03097_65a204c5ad.jpg 1000w," sizes="100vw">Ibu Sri sudah bergabung menjadi mitra di Amartha selama tiga tahun. Selama itu juga Ibu memiliki cukup banyak perubahan di hidupnya. Ibu jadi memiliki kepercayaan diri kembali untuk melakukan usaha jahit ini setelah sempat mengalami kecelakaan dan terkena dampak pandemi.Pendanaan yang Ibu dapatkan dari pendana baik Amartha, ia gunakan untuk membeli dua buah mesin jahit dan mesin obras, lalu alat-alat pendukung lainnya seperti gunting, benang, jarum dan banyak lainnya.Saat ini Ibu bekerjasama dengan beberapa butik yang tersebar di area Jawa untuk mengisi produk jahitan di toko tersebut. Biasanya, pesanan datang secara berkala seminggu atau dua minggu sekali. Selain produk kebaya, Ibu juga menerima order berupa tas kain, baju daster, kemeja dan lain sebagainya.<blockquote>“Iya, untuk saat ini saya kerjasama dengan beberapa butik. Dalam sehari saya bisa menjahit 10-20 jahitan kebaya anak simpel. Tergantung dari jenis pakaian, dan juga tingkat kerumitan jahitan.”</blockquote><h3>Harapan Dari Usaha Jahit Rumahan Ibu Sri</h3>Dahulu penghasilan yang Ibu dapatkan dalam satu minggu bisa mencapai Rp5 juta rupiah. Memang jumlah yang mungkin terbilang cukup besar, namun hasil tabungan Ibu sudah banyak berkurang untuk pengobatan dirinya. Ibu pernah mengalami kecelakaan hingga tempurung kakinya pecah, uang keuntungan pun sempat habis untuk perawatan. Namun Ibu perlahan mulai bangkit lagi, dan beruntungnya usaha menjahit Ibu masih tetap bisa dilakukan.Kini walaupun Ibu melakukan bisnis ini sendirian, Ibu tak pernah mengeluh.&nbsp;<blockquote>“Selain usaha jahit ini, saya berharap bisa membuka bisnis lain seperti membuka toko oleh-oleh di jalan besar. Isinya jualannya bisa makanan dan juga hasil jahitan saya. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan untuk para tetangga.”</blockquote><h3>Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ayo dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Sri Nurhayati, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a> &nbsp;

Bangun Kembali Harapan Dari Hasil Bisnis Jahit Rumahan

large_AAA02891.jpg

medium_AAA02891.jpg

small_AAA02891.jpg

thumbnail_AAA02891.jpg

AAA02891.jpg

Ibu Sarniwa adalah satu mitra Amartha dari beberapa ibu rumah tangga lainnya yang membuka bisnis kerajinan anyaman rotan di Makassar, Sulawesi Tengah.Saat ditemui di rumahnya, Ibu Sarniwa antusias menceritakan pengalamannya selama membuka bisnis kerajinan rotan ini. Dia mengatakan bahwa sudah hampir 10 tahun lamanya membuka bisnis ini untuk membantu meringankan perekonomian keluarga. Saat ini, suami bekerja sebagai tukang ojek yang sesekali membantu Ibu untuk mengantarkan pesanan dari hasil kerajinan rotan yang Ibu kerjakan.&nbsp;<h3 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Produksi Anyaman Rotan</h3>Awalnya Ibu Sarniwa belajar menganyam dari mertuanya yang juga sudah lebih dahulu membuka bisnis ini. Setelah itu mulai ikut usaha orang lain di kampungnya. Setelah mendapatkan kepercayaan diri dan ilmu yang cukup, Ibu memberanikan diri untuk membuka usaha ini sendiri yang kemudian semakin berkembang. Saat ini, Ibu memiliki dua orang karyawan yang membantu pekerjaannya.Tak disangka kerajinan rotan menjadi sebuah usaha baru yang memberikan banyak rezeki baginya, sehingga Ibu mampu membiayai kehidupan sehari-hari untuk keluarga dan penuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya hingga mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.<img src="/uploads/AAA_02909_5bab022d65.jpg" alt="AAA02909.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_02909_5bab022d65.jpg 245w,/uploads/small_AAA_02909_5bab022d65.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_02909_5bab022d65.jpg 750w,/uploads/large_AAA_02909_5bab022d65.jpg 1000w," sizes="100vw">Rotan-rotan yang dijual Ibu Sarniwa adalah jenis usaha UMKM yang diproduksi sendiri. Ibu serta merta menunjukan beberapa contoh anyaman yang terbuat dari rotan yang dibuatnya untuk dijual, diantaranya adalah tatakan piring, keranjang dan beberapa anyaman lainnya. Ibu mengatakan jika anyaman rotan ini sangat kuat dan bisa dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama.Kerajinan rotan buatan Ibu dibandrol dengan harga yang cukup murah, yakni mulai Rp5 ribu - Rp30 ribu untuk satu produk tergantung dari jenis dan ukuran anyaman rotan tersebut. Ibu dapat menjamin pelanggan akan mendapat dengan kualitas yang baik hingga bisa bertahan lama dalam pemakaiannya.Dalam sehari Ibu dan karyawannya bisa membuat anyaman sebanyak 20-50 buah,&nbsp; bahkan jika pesanan sedang membludak, Ibu bisa memproduksi anyaman hingga 400 pcs dalam seminggu. Dari bisnis anyaman rotan Ibu bisa mendapatkan omset mencapai Rp150.000 per hari.&nbsp;Saat ini, produk anyaman rotan Ibu rutin disetorkan di beberapa toko oleh-oleh atau dibuat melalui pesanan saat ada hari besar tiba. Hasil anyaman rotan Ibu penuh dengan variasi warna dan dengan berbagai macam jenis ini membuatnya terlihat menarik untuk dibeli.<blockquote>“Ibu dan teman-teman melakukan proses pembuatan anyaman rotan ini dari nol. Dari memotong triplek dan mengecat. Untuk prosesnya kadang menghabiskan waktu setengah hari atau lebih tergantung dari bentuk dan rumitnya.”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Anyaman Rotan Ibu Sarniwa</h3>Ibu sendiri telah bergabung di Amartha sudah lima tahun lamanya. Permodalan yang Ibu dapatkan dari pendana baik Amartha Ibu gunakan untuk membeli bahan baku membuat anyaman. Tak terkecuali, alat-alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan anyaman rotan meliputi alat antara lain maje, pusut, meteran, potongan kuku, penjepit, sikat, palu, dan baskom.Ke depannya, Ibu memiliki harapan besar untuk membuka toko retail agar lebih memudahkan pelanggan untuk berbelanja.<blockquote>“Ibu sudah cocok sekali membuka usaha anyaman rotan ini, karena usaha ini bukan usaha musiman. Jadi masih banyak yang cari walau tidak ada hari khusus. Makanya Ibu punya mimpi untuk membuka toko terutama di pinggir jalan atau di pasar yang ramai dilewati pembeli.”</blockquote>Meski saat ini Ibu belum bisa membuka toko offline, Ibu tetap semangat dan bahkan menyemangati perempuan tangguh lainnya di luar sana untuk tetap berusaha untuk bisa sukses.Simak video bersama Ibu Sarniwa mengenai bisnis rotan miliknya, selengkapnya di bawah ini

<h3>Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ini saatnya kita dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Sarniwa, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Menilik Produksi UMKM Kerajinan Anyaman Rotan Milik Ibu Sarniwa

medium_ibu murni putu cangkir (1).png

small_ibu murni putu cangkir (1).png

thumbnail_ibu murni putu cangkir (1).png

ibu murni putu cangkir (1).png

Kota Makassar, Sulawesi Selatan, cukup terkenal dengan banyaknya pilihan kuliner. Jika berkunjung, kamu wajib untuk mencicipi makanan khasnya seperti mie titi, coto Makassar hingga sop konro yang terkenal nikmat. Namun, selain itu kamu juga wajib menikmati pilihan kue tradisional Sulawesi Selatan yang beragam. Salah satunya kue putu cangkir yang memiliki cita rasa enak, gurih, lembut dan empuk.Kue putu cangkir merupakan varian kue putu yang dicetak ke dalam cetakan yang bentuknya mirip cangkir terbalik. Pada dasarnya, kue tradisional Sulawesi Selatan ini dibuat dengan bahan baku yang sama dengan kue putu pada umumnya yang dibuat dari tepung beras ketan. Hanya saja putu khas Sulawesi Selatan ini menjadi berbeda karena gula merah dijadikan satu dengan adonan tepung beras, lalu di dalamnya diisi dengan parutan kelapa.Putu cangkir sendiri biasanya dibuat dengan dua varian rasa, yaitu manis dengan gula merah dan gula putih. Jika menggunakan gula merah, maka warna kue akan kecoklatan dan ketika menggunakan gula gula pasir akan berwarna putih. Selain enak dan bentuknya unik, proses pembuatan kue ini juga cukup unik, yakni dikukus dengan alat-alat yang didesain khusus.&nbsp;Putu cangkir ini makin nikmat jika disuguhkan dengan teh panas atau kopi. Bagi warga lokal, kue putu cangkir ini biasanya menjadi pengganjal perut di pagi hari sebelum memulai aktivitas.<h3 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Kue Putu Cangkir Khas Makassar Ibu Murni</h3><img src="/uploads/AAA_03032_38e896d216.jpg" alt="AAA03032.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_03032_38e896d216.jpg 245w,/uploads/small_AAA_03032_38e896d216.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_03032_38e896d216.jpg 750w,/uploads/large_AAA_03032_38e896d216.jpg 1000w," sizes="100vw">&nbsp;Salah satu mitra Amartha yang melihat peluang usaha kue putu cangkir ini adalah Ibu Murni yang bertempat tinggal di Moncongloe, Makassar, Sulawesi Selatan. Ibu Murni sudah berjualan kue putu cangkir ini selama 10 tahun lebih dari usaha turun temurun.Ibu Murni telah gabung di Amartha selama tiga tahun. Selama itu, permodalan yang Ibu dapatkan dari Amartha dibelikan bahan baku untuk membuat kue, seperti bahan beras ketan, gula merah, gula putih serta bahan lainnya berupa daun pandan, air dan garam. Kemudian plastik atau daun pisang untuk wadah, parutan kelapa, dan gas LPG. Bahan-bahan ini bisa didapatkan dengan harga sekitar Rp100.000 per harinya untuk sekitar 40 porsi.Selain kue putu cangkir, Ibu juga menjual kudapan lain berupa kue putu ambon, putu labu yang buka dari pukul 6 pagi - 9 malam. Tak hanya enak dimakan langsung, kue putu buatan Ibu Murni juga nikmat dijadikan oleh-oleh. Bahkan kue Ibu Murni telah sampai ke area Jakarta dan kota-kota lainnya dengan aman. Dalam sehari, Ibu bisa memperoleh penghasilan bersih hingga 200 ribu rupiah yang dibantu oleh tiga orang karyawannya.Dalam sehari, Ibu Murni dan tiga orang karyawannya dapat menjual sekitar 200-300 pcs kue atau setara 20 liter beras ketan digunakan. Enak tanpa menguras kantong, harga satuan kue putu Ibu Murni dijual dengan harga 1.000 rupiah saja.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Putu Cangkir Ibu Murni</h3><img src="/uploads/AAA_02993_7b276fc1ea.jpg" alt="AAA02993.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_02993_7b276fc1ea.jpg 245w,/uploads/small_AAA_02993_7b276fc1ea.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_02993_7b276fc1ea.jpg 750w,/uploads/large_AAA_02993_7b276fc1ea.jpg 1000w," sizes="100vw">Mesti tampak mulus, namun usaha Ibu Murni memiliki tantangan. Diantaranya, tantangan terbesar pembuatan putu cangkir adalah pengukusannya yang harus pas. Jika tidak maka adonan bisa terburai. Oleh karena itu, tak sembarang orang yang bisa melakukan ini. Dari segi tempat jualan pun membutuhkan ruang yang besar untuk menampung semua bahan yang Ibu gunakan.<blockquote>“Ibu ada harapan untuk memperbanyak jenis dagangan lain, supaya usaha Ibu semakin berkembang. Ibu juga berharap bisa membuka kedai di tempat yang lebih luas agar orang-orang lebih nyaman untuk membeli dan makan”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ini saatnya kita dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Murni, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Harapan Besar Terukir dari Legitnya Kue Putu Cangkir

large_AAA02775 (1).jpg

medium_AAA02775 (1).jpg

small_AAA02775 (1).jpg

thumbnail_AAA02775 (1).jpg

AAA02775 (1).jpg

Apa yang kamu lakukan jika kelaparan dan tidak memiliki makanan di tengah malam? Selama bertahun-tahun lamanya, Ibu Sumiyati senantiasa berjualan jual nasi kuning khas Makassar dan juga songkolo bagadang untuk memastikan para pengunjung di kawasan rumahnya yang selalu ramai tidak kelaparan.Usaha nasi kuning Makassar dan songkolo bagadang ini bukanlah bisnis pertamanya, sebelumnya, ia pernah membuka usaha toko kelontong. Namun usahanya ini tidak berjalan dengan baik, Ibu Sumiyati justru melihat jika banyak orang-orang yang lalu lalang di area rumahnya, Tamalate, Sulawesi Selatan, melakukan aktivitas bisnis.Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Ibu Sumiyati untuk membuka usaha nasi kuning dan makanan jadi yang berlangsung selama 24 jam setiap harinya.<h3>Perjalanan Bisnis Nasi Kuning Khas Makassar Ibu Sumiyati</h3>Selama menjalankan usaha, Ibu Sumiyati dibantu oleh anak dan adiknya untuk bergantian berjaga warung, terutama saat malam hari. Nasi kuning buatan Ibu Sumiyati memang terkenal enak dan&nbsp;fresh&nbsp;karena pembuatannya Dengan tekstur nasi yang pera sekaligus pulen sangat cocok jika dikombinasikan dengan aneka topping lauk pauk. Ada abon, telur, ayam, dendeng, dangkot bebek dan masih banyak lagi.&nbsp;Nasi kuning khas Makassar ini cocok untuk kamu yang kurang suka jenis makanan kering, karena nasi kuning di Makassar punya ciri khas yang jadi pembeda dengan yang versi Jawa yakni makannya pakai kuah sayur labu. Untuk satu porsi makanan dijual Rp10.000 - Rp20.000 tergantung keinginan pembeli. Dalam satu hari, Ibu bisa memperoleh pendapatan bersih sebanyak Rp 500.000 - Rp 700.000.Ibu Sumiyati sudah bergabung di Amartha selama 4 tahun dengan akses pendanaan yang digunakan untuk peremajaan alat-alat memasak, menyetok bahan makanan dan juga modal menambah jualan berbagai jenis kue saat puasa.Tak hanya itu, berkat pendanaan dari pendana baik Amartha, Ibu Sumiyati juga memiliki usaha tambah angin untuk motor karena area rumahnya sangat banyak dilalui kendaraan bahkan di malam hari. Ibu memiliki harapan untuk bisa menambah lebih banyak varian baru makanan siap saji dan juga ingin mulai menjual kue-kue ringan, untuk persiapan di bulan puasa nanti.<h3>Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Ayo dukung bisnis pengusaha UMKM wanita tak hanya Ibu Sumiyati, tapi juga pengusaha lainnya di seluruh Indonesia agar mereka bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Tak Ada Jam Malam, Sumber Rezeki dari Warung Nasi Kuning Khas Makassar

large_AAA03101.jpg

medium_AAA03101.jpg

small_AAA03101.jpg

thumbnail_AAA03101.jpg

AAA03101.jpg

Roster saat ini menjadi salah satu material bangunan yang umum digunakan untuk perumahan. Roster dimanfaatkan sebagai pengganti dinding karena dinilai lebih mudah melakukan pemasangan dan juga perawatannya, tidak membutuhkan material pendukung dan tenaga kerja untuk pemasangan. Bahan bangunan roster juga tahan terhadap perubahan cuaca dan pelapukan, serta berpotensi untuk pemanfaatan material lokal.Roster biasanya dibuat dari beton, batako, GRC, atau batu alam lain. Di luar negeri, ia dikenal dengan istilah&nbsp;ventilation block, dengan fungsi yakni untuk melancarkan sirkulasi udara dalam ruangan dan juga untuk pencahayaan.Mungkin yang kamu ketahui saat ini jika segala yang berhubungan dengan bahan bangunan hanya pekerjaan laki-laki saja, nyatanya Amartha memiliki Ibu tangguh sebagai mitra kami yang menggeluti bisnis roster,&nbsp;bernama Ibu Fitriani.<h3 style="text-align:justify;">Perjalanan Bisnis Roster Ibu Fitriani</h3><img src="/uploads/AAA_03064_a4c8dfb8c3.jpg" alt="AAA03064.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_03064_a4c8dfb8c3.jpg 245w,/uploads/small_AAA_03064_a4c8dfb8c3.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_03064_a4c8dfb8c3.jpg 750w,/uploads/large_AAA_03064_a4c8dfb8c3.jpg 1000w," sizes="100vw">Usaha pembuatan roster yang telah dijalankan bersama suami dan iparnya ini telah dilakukan selama 3 tahun. Sebelum menjalankan bisnis cetak roster, Ibu tak memiliki usaha dan hanya ikut berjualan makanan bersama tetangganya, sedangkan sang suami hanya bekerja sebagai buruh bangunan.Selama bekerja sebagai buruh, sang suami mempelajari cara mencetak roster yang benar dan ikut ke dalam proyek-proyek bangunan lainnya. Pada akhirnya,&nbsp;skill&nbsp;bapak (suami Ibu Fitriani) dan iparnya yang telah menjadi buruh bangunan selama bertahun-tahun memperbesar keinginan mereka untuk membuka usaha sendiri agar memiliki waktu yang lebih fleksibel dalam mengurus anak-anaknya yang masih kecil.Permodalan pertama yang didapatkan dari Amartha digunakan untuk membeli cetakan roster, bahan pasir, semen, kawat dan mengontrak rumah lebih luas yang juga digunakan sebagai gudang cetak mereka.Sehari-harinya, Ibu Fitriani membantu mencetak roster dan melakukan pengeringan serta melakukan administrasi untuk setiap pesanan yang datang. Bersama bapak, ipar dan dua orang karyawannya, Ibu Fitriani bisa menghasilkan hingga 70 buah roster. Hasil roster beton buatan Ibu dijual dengan harga mulai dari Rp 15.000 - Rp 35.000 per satuannya, tergantung dari jenis dan ukuran.Untuk saat ini, bisnis roster yang Ibu jalankan memiliki peluang yang besar untuk semakin berkembang karena belum banyak yang memilih menjalankan bisnis ini. Tapi sayang, terkadang Ibu memiliki kendala dalam pengerjaannya.&nbsp;<blockquote>“Pernah saya dan bapak terima pesanan 500 pcs roster dalam waktu singkat untuk pembangunan rumah. Tapi karena alat cetaknya kami hanya punya jumlah terbatas, kami jadi perlu lembur.”</blockquote>Saat ditanya mengenai alasan memilih usaha roster ini dibandingkan berbisnis seperti ibu-ibu lain pada umumnya, Ibu mengatakan “Tidak apa-apa Ibu membantu bapak membantu bapak mencetak roster setiap hari. Selama fisik Ibu masih kuat dan bisa sambil merawat anak-anak di rumah.”Melihat kegigihan Ibu Fitriani, tidak heran jika Ibu patut dijuluki perempuan tangguh di kawasan rumahnya karena memilih berbisnis yang tidak biasa.<h3 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Bisnis Roster</h3><img src="/uploads/AAA_03101_f5502b7658.jpg" alt="AAA03101.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_03101_f5502b7658.jpg 245w,/uploads/small_AAA_03101_f5502b7658.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_03101_f5502b7658.jpg 750w,/uploads/large_AAA_03101_f5502b7658.jpg 1000w," sizes="100vw">Dalam satu bulan, Ibu Fitriani bisa mencapai omset hingga belasan juta. Di mana dengan hasil ini mereka sudah dapat mencicil mobil pickup untuk membawa roster ke tempat pelanggan. Namun, hal ini tidak serta merta membuat mereka puas.<blockquote>"Ibu berharap bisa lebih banyak memiliki alat cetak yang mumpuni agar tidak kesulitan lagi jika ada pesanan mendadak dalam jumlah banyak. Pengerjaan juga makin efektif untuk menerima pengerjaan baru dengan cetakan lain".</blockquote><blockquote>“Ibu dan bapak juga memiliki keinginan untuk membeli alat cetak pipa yang besar, karena itu proyek yang menguntungkan. Tapi sayang harganya cukup mahal.”</blockquote>Ayo jangan biarkan harapan Ibu Fitriani bisa punya cetakan lebih besar dan banyak agar bisnis roster ini semakin besar!<h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Jangan biarkan usaha manisan buah segar Ibu Muniroh berhenti dan juga pengusaha UMKM wanita lainnya di seluruh Indonesia. Mari kita dukung bisnis mereka agar bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

3 Tahun Tekuni Usaha Roster Terapkan Mindset Perempuan Tangguh

large_AAA02830.jpg

medium_AAA02830.jpg

small_AAA02830.jpg

thumbnail_AAA02830.jpg

manisan buah segar

Manisan buah memang banyak diminati banyak orang. Camilan ini menjadi favorit di berbagai daerah karena terkenal dengan rasa yang lezat, menyegarkan dan memiliki berbagai variasi rasa dan tekstur yang menarik. Dapat dinikmati di berbagai kesempatan, manisan buah segar ini dapat disantap langsung atau digunakan sebagai tambahan dalam hidangan penutup.Seperti namanya, manisan buah dibuat dari buah-buahan segar yang diolah dengan gula yang direndam atau dikeringkan menjadi manisan. Selain memuaskan selera, manisan buah juga dapat memberikan manfaat kesehatan dari nutrisi buah-buahan yang terkandung di dalamnya.Manisan buah sendiri memiliki berbagai jenis, namun manisan buah segar yang basah serta manisan buah kering yang paling banyak ditemukan. Ini perbedaan keduanya:<ul><li style="text-align:justify;">Manisan Buah Segar&nbsp;</li></ul>Manisan buah segar cenderung mudah untuk dibuat dan umum ditemukan. Buah-buahan segar seperti apel, mangga, salak, pepaya, nanas, dan stroberi direndam dalam sirup gula atau larutan manis lainnya untuk menciptakan manisan yang lezat dan kenyal. Manisan buah segar ini dapat disantap langsung atau digunakan sebagai tambahan dalam hidangan penutup bersama dengan santapan es krim, atau yoghurt.<ul><li style="text-align:justify;">Manisan Buah Kering</li></ul>Manisan buah kering adalah hasil dari pengeringan buah-buahan segar. Buah-buahan seperti kurma, kismis, cranberry, dan persik dapat dikeringkan menjadi manisan kering. Manisan buah kering ini merupakan camilan yang praktis dan memiliki daya simpan yang lebih lama dengan kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Manisan kering ini biasanya dibuat dari buah yang memiliki tekstur lunak.<h2 style="text-align:justify;">Perjalanan Usaha Manisan Buah Segar Ibu Muniroh</h2>Peluang usaha manisan buah segar ini sudah dilakukan oleh Ibu Muniroh Efendi sebagai mitra usaha Amartha asal Makassar, Sulawesi Tengah selama 9 tahun.Usaha ini bukan bisnis pertama yang Ibu jalankan. Sebelum menjual manisan buah segar, Ibu juga pernah berdagang bakso, cilok, menjual aksesoris, pulsa, berbisnis pakaian hingga bisnis rumah makan ayam geprek. Di masa kejayaannya, usaha ayam geprek Ibu terbilang sukses hingga memiliki karyawan sebanyak 7 orang dan mampu untuk membeli kendaraan berupa motor untuk mengantar pesanan. Namun seiring berjalannya waktu, usaha ayam geprek Ibu memiliki banyak pesaing dan Ibu memutuskan untuk membuka usaha lain, termasuk berbisnis manisan buah segar.Ibu Muniroh telah&nbsp; bergabung di Amartha selama 3 tahun dan mendapat akses permodalan sebesar Rp9 juta yang digunakan untuk membeli bahan baku membuat manisan buah (gula, mangga, pepaya, salak nanas) dan juga alat seperti toples, pisau, blender, gelas, plastik, meja display dan lain sebagainya.Ibu Muniroh mulai berjualan jam 9 pagi hingga jam 10 malam. Namun saat bulan Ramadhan, Ibu berjualan mulai jam 1 siang hingga jam 1 malam. Manisan buah segar Ibu dijual mulai dari Rp5 rb atau tergantung dari permintaan pembeli. Dalam sehari, Ibu bisa mendapatkan pendapatan bersih sekitar Rp 600-700 ribu rupiah atau sekitar 2 karung buah yang digunakan.<img src="/uploads/AAA_02849_c6bc0e5cad.jpg" alt="AAA02849.jpg" srcset="/uploads/thumbnail_AAA_02849_c6bc0e5cad.jpg 245w,/uploads/small_AAA_02849_c6bc0e5cad.jpg 500w,/uploads/medium_AAA_02849_c6bc0e5cad.jpg 750w,/uploads/large_AAA_02849_c6bc0e5cad.jpg 1000w," sizes="100vw">Saat ini Ibu mencoba untuk membuka peluang reseller agar usaha Ibu bisa lebih cepat dikenal sekaligus membantu orang-orang untuk belajar membuka usaha sendiri. Dari hasil keuntungan berjualan manisan selama 9 tahun ini, Ibu telah memiliki 2 buah motor dan juga mampu menyekolahkan anak hingga selesai.Tak hanya enak dimakan langsung, manisan buah segar buatan Ibu Muniroh juga nikmat untuk dijadikan oleh-oleh dengan catatan ketahanan hingga 3 hari perjalanan.<blockquote>“Alhamdulillah, manisan buah segar ini sudah sampai dibawa ke Padang, Kalimantan hingga Bali dengan aman. Orang-orang suka karena katanya sambalnya otentik. Pedas, dan asinnya juga pas”</blockquote><h2 style="text-align:justify;">Harapan Usaha Manisan Buah Segar Bersama Amartha</h2>Melalui usaha manisan buah ini, Ibu Muniroh memiliki banyak mimpi yang belum terwujud. Melalui permodalan, kita bisa bantu untuk membuat mimpi Ibu menjadi nyata.<blockquote>“Ibu berharap bisa terus bersama Amartha yang selalu mendukung permodalan agar usaha Ibu bisa terus berjalan. Ibu juga memiliki harapan untuk membuka manisan ini di tempat lain supaya lebih banyak yang kenal dengan manisan buatan ibu.”</blockquote><h3 style="text-align:justify;">Dukung Perempuan Tangguh di Amartha</h3>Jangan biarkan usaha manisan buah segar Ibu Muniroh berhenti dan juga pengusaha UMKM wanita lainnya di seluruh Indonesia. Mari kita dukung bisnis mereka agar bisa terus meningkatkan kesejahteraan merata. Amartha mengajak kamu untuk turut mendukung perempuan UMKM lainnya di seluruh Indonesia dengan download dan lakukan pendanaan di Amartha.Sekarang giliran Anda mainkan peran Anda bersama kami. Ada keuntungan imbal hasil sampai dengan 15%&nbsp;flat per tahun yang bisa pendana baik dapatkan setiap modalin satu mitra usaha mulai dari 100 ribu rupiah.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a>Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Menikmati Segarnya Manisan Buah Ibu Muniroh dengan Sambal Khas Rasa Otentik

Cerita Mitra

Tips Bisnis