large_Shopaholic

medium_Shopaholic

small_Shopaholic

thumbnail_Shopaholic

Shopaholic

Shopaholic atau kecanduan belanja menjadi gangguan yang perlu kamu waspadai. Kondisi tersebut akan menimbulkan berbagai masalah bagi kehidupan penderitanya, khususnya masalah ekonomi.&nbsp;Ciri seseorang kecanduan belanja di antaranya impulsif dan tidak bisa berhenti berbelanja. Bahkan, pecandu belanja bisa melakukan tindak kriminal untuk melancarkan aksi belanjanya. Simak artikel ini hingga akhir untuk tahu cara mengatasi kecanduan belanja!<h2 style="text-align:justify;">Pengertian&nbsp;Shopaholic</h2>Kecanduan belanja merupakan kesulitan mengontrol impuls saat membeli sesuatu. Pada awal abad ke-20, jenis kecanduan ini diakui sebagai suatu gangguan mental. Hingga kini, semakin banyak orang yang mengalami kecanduan belanja mengingat opsi belanja online sudah tersedia.Ketika seseorang adalah pecandu belanja, maka sumber kebahagiaan dan kepuasaan orang tersebut berasal dari berbelanja. Namun, ini tidak sehat karena rasa bahagianya hanya bertahan sementara.<h2 style="text-align:justify;">Tanda-Tanda&nbsp;Shopaholic</h2>Terdapat berbagai tanda yang menunjukkan seseorang termasuk pecandu belanja, tujuh di antaranya adalah:<h3 style="text-align:justify;">1. Kesenangan yang Intens Sehabis Belanja</h3>Biasanya, pecandu belanja memiliki self-esteem rendah yang membuatnya selalu merasa kurang. Belanja menjadi cara agar harga dirinya meningkat dan utuh kembali. Selain itu, belanja juga menjadi cara untuk mengisi kekosongan emosional.&nbsp;Setelah berbelanja barang yang disukai, pecandu belanja merasa sangat senang sampai melupakan masalahnya. Hal tersebut mendorong perasaan candu atau ketagihan berbelanja. Jadi, bisa dilakukan berulang-ulang agar merasakan kesenangan yang intens lagi.<h3 style="text-align:justify;">2. Belanja Sembunyi-Sembunyi</h3>Belanja&nbsp;online&nbsp;yang kini berkembang dengan pesat memudahkan pecandu belanja menyembunyikan belanjaannya. Ini mengingat pecandu tersebut merasa perilakunya tidak benar dan seharusnya tidak dilakukan.<h3 style="text-align:justify;">3. Selalu Membayangkan Dirinya Berbelanja</h3>Mengalami kecanduan belanja juga bisa terlihat dari selalu berfantasi dan membayangkan tentang belanja. Kamu akan berpikir hidup lebih indah bila bisa membeli barang mewah.&nbsp;Selain itu, fantasi juga bisa tentang terkesannya orang lain saat kamu mampu membeli barang mahal yang tidak dapat dibeli orang lain. Berfantasi tentang belanja sebenarnya menunjukkan bahwa pecandu tidak bisa melakukan itu di dunia nyata.&nbsp;Jika nekat berbelanja, maka yang mungkin terjadi adalah risiko seperti tunggakan kartu kredit hingga hutang yang menumpuk.<h3 style="text-align:justify;">4. Harus Belanja Saat Merasa Stres</h3>Seorang&nbsp;shopaholic&nbsp;juga mengharuskan dirinya untuk belanja saat stres maupun merasakan emosi negatif lain seperti depresi dan cemas. Ini karena ia berpikir bahwa belanja jadi solusi yang memperbaiki perasaan negatif tersebut.&nbsp;Faktanya, belanja saat stres jadi bentuk pelarian yang membuatnya berperan sebagai penopang hidup. Ini yang mendorong seseorang kecanduan belanja.<h3 style="text-align:justify;">5. Timbul Perselisihan dengan Orang Terdekat Mengenai Keuangan</h3>Kecanduan belanja bisa memungkinkan membuat seseorang meminjam uang demi mewujudkan hasrat membeli barang yang sebenarnya di luar kemampuan. Ini berisiko membuat orang terdekat mengucilkan sang pecandu karena merugikan atau bahkan menipu mereka demi berbelanja.&nbsp;Padahal, mengalokasikan uang untuk mendapatkan passive income akan lebih besar manfaatnya dibandingkan menghabiskannya untuk belanja. Salah satu caranya dengan melakukan pendanaan di&nbsp;<a href="https://amartha.com/individu/microfinance-marketplace/"> microfinance marketplace Amartha</a> . Cuma dengan modalin mulai dari Rp100.000 aja, kamu sudah bisa mendapatkan imbal hasil hingga 15% flat per tahun.&nbsp;&nbsp;<h3 style="text-align:justify;">6. Sulit Berhenti Belanja</h3>Ketika kamu sudah kecanduan berbelanja, maka kemampuan mengendalikan keinginan belanja akan berkurang. Ini membuat belanja jadi sulit dihentikan. Kamu akan terus memikirkan ingin membeli barang apa lagi setelah selesai membeli suatu barang.<h3 style="text-align:justify;">7. Menormalkan Belanja Setiap Hari</h3>Satu lagi tanda seseorang kecanduan belanja, yakni menormalkan belanja sebagai kegiatan sehari-hari. Ini terjadi ketika pecandu masih melanjutkan kegiatan belanjanya meskipun kesenangan yang muncul setelah berbelanja sebenarnya mulai hilang.Artinya, belanja bagi si pecandu adalah bagian kehidupan yang harus ada agar merasa normal. Bila tidak berbelanja, pecandu akan merasa kegiatan sehari-harinya belum lengkap. Efeknya sama seperti ketika tidak tidur atau tidak makan seharian.<h2 style="text-align:justify;">Dampak&nbsp;Shopaholic&nbsp;dan Cara Mengatasinya</h2>Sikap kecanduan belanja atau shopaholic juga menimbulkan dampak negatif baik bagi si pecandu maupun orang sekitarnya, Mulai dari keuangan yang bermasalah hingga terjebak dalam pengulangan siklus belanja, selengkapnya sebagai berikut:<h3 style="text-align:justify;">Keuangan Bermasalah</h3>Kebutuhan akan belanja yang terus meningkat mengharuskan pecandu belanja mengeluarkan banyak uang. Belum lagi bila jenis barang yang dibeli adalah barang-barang mewah.&nbsp;Ini menyebabkan keuangan si pecandu memburuk akibat semakin berkurang untuk dipakai berbelanja. Tabungan yang ada pun mungkin saja dipakai hingga tidak ada yang tersisa.Bila sudah seperti itu, maka pecandu akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Salah satu yang paling umum adalah dengan mengambil pinjaman ilegal. Namun, tindakan tersebut berisiko membuat si pecandu terlilit hutang bila tidak mampu melunasinya.Pada akhirnya, orang-orang terdekat seperti keluarga hingga sahabat akan menjadi korban dari tindakan tersebut.<h3 style="text-align:justify;">Dapat Terlibat Aktivitas Kriminal</h3>Seseorang dengan kondisi&nbsp;shopaholic&nbsp;yang kronis juga berisiko terlibat aktivitas kriminal seperti mencuri uang atau barang. Ini dilakukan demi mewujudkan keinginan belanjanya yang tidak dapat&nbsp;dikendalikan. Pecandu belanja pun akhirnya akan berurusan dengan hukum akibat perilakunya sendiri.<h3 style="text-align:justify;">Terjebak dalam Siklus Berulang</h3>Pecandu belanja umumnya melampiaskan perasaan negatif dengan berbelanja. Harapan si pecandu adalah emosi negatif tersebut dapat terlupakan setelah belanja. Ini mengingat belanja memang melepaskan hormon endorfin dan dopamin.&nbsp;Namun, bukan kesenangan yang pecandu dapat melainkan penyesalan dan sedih karena belanja berlebihan. Akhirnya, belanja pun dilakukan kembali demi melupakan emosi negatif tersebut. Siklus tersebut terus berulang hingga akhirnya pecandu terjebak di dalamnya.<h2 style="text-align:justify;">Cara Mengatasi Kecanduan Belanja</h2>Mengalami kecanduan belanja sebenarnya menjadi indikasi masalah yang lebih besar jika melihat tingkat keparahan serta sumber kecanduannya. Penderita bisa saja memiliki gangguan kesehatan mental yang serius, seperti gangguan kecemasan hingga depresi.Untuk mendapatkan diagnosis dari ahlinya, kamu bisa konsultasi dan periksa ke psikolog atau psikiater. Selain itu, kamu bisa mengatasi kecanduan belanja melalui berbagai cara berikut:<ul><li>Akui dan sadari bahwa belanja berlebihan akan merugikan sehingga harus dihentikan segera;</li><li>Bicarakan masalah yang menjadi pemicu kecanduan belanja pada orang terdekat yang terpercaya;</li><li>Meminta bantuan dari anggota keluarga terpercaya untuk memegang kendali pengeluaran dana;</li><li>Memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan lain seperti membaca atau menonton film alih-alih berbelanja;</li><li>Menyimpan uang tunai secukupnya dan menghindari kartu kredit hingga mobile banking agar tidak menggunakannya dengan impulsif;</li><li>Berbelanja hanya ketika ditemani orang terdekat yang pandai mengatur dan menghemat keuangan sebagai pengontrol aktivitas belanja;</li><li>Relaksasi saat terdapat pemicu yang menyebabkan frustasi atau stres, sebab tidak bisa membeli suatu barang yang sangat diinginkan.</li></ul>Berbagai tanda-tanda&nbsp;shopaholic&nbsp;serta dampak negatifnya tersebut menggambarkan bahaya dari kecanduan berbelanja. Oleh sebab itu, perlu menerapkan langkah yang tepat untuk mengatasi kondisi kecanduannya.&nbsp;Mengalokasikan keuangan untuk aspek yang lebih bermanfaat seperti melakukan pendanaan bisa jadi salah satu langkah tepat untuk mengatasi kebiasaan shopaholic. Alih-alih memiliki masalah keuangan akibat perilaku konsumtif, kamu akan meningkatkan dan memperbaiki kondisi keuangan sehingga lebih sehat. Jadi, yuk mulai segera pendanaan di Amartha agar lebih untung!Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a> Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Waspadai Tanda-tanda Shopaholic, dan Ini Cara Mengatasinya!

large_belanja bulanan

medium_belanja bulanan

small_belanja bulanan

thumbnail_belanja bulanan

belanja bulanan

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, belanja bulanan menjadi alternatif yang diterapkan banyak orang. Jika kamu juga melakukannya, seperti apa cara mengatur belanja tersebut?Apakah aktivitas belanjaan kamu setiap bulan sudah efektif? Atau justru masih dinilai&nbsp;over budget sehingga membutuhkan berbagai tips belanja? Nah, supaya belanja selanjutnya lebih efektif, simak berbagai tips di bawah ini!<h2>Daftar Belanja Bulanan Agar Tidak Melebihi Budget</h2>Supaya tidak membeli berbagai hal secara berlebihan, maka penting untuk menyusun daftar belanja yang sesuai dengan kebutuhan. Ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusunnya, di bawah ini adalah beberapa kategori daftar belanja yang bisa menjadi referensi untuk kamu.<h3>Kebutuhan Makanan dan Minuman</h3>Kebutuhan pertama yang tentunya perlu masuk dalam daftar yaitu terkait makanan dan minuman. Kamu bisa membeli berbagai bahan makanan, misalnya beras, ayam, daging sapi, mie instan, telur, sayur, dan buah. Sesuaikan bahan makanan ini dengan menu andalan atau makanan favorit.Selain itu, berbagai bumbu dapur dan pelengkap masakan juga sebaiknya dibeli. Misalnya, gula, garam, kecap, saus, lada, minyak, dan sebagainya.Selanjutnya, untuk minuman, kamu bisa membeli minuman yang memang sering dikonsumsi, misalnya teh atau kopi.<h3>Perlengkapan Kebersihan</h3>Daftar&nbsp;belanja bulanan yang kedua yaitu perlengkapan kebersihan, mulai dari kebersihan diri hingga kebersihan lingkungan.Kamu perlu membeli berbagai keperluan, misalnya sabun, sikat gigi, pasta gigi, sampo, dan sebagainya. Sesuaikan dengan kebutuhan dan stok di rumah, supaya tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit membelinya.Selanjutnya, perlengkapan kebersihan lingkungan juga perlu, misalnya sabun cuci piring, deterjen, pewangi, dan sebagainya.<h3>Kebutuhan Elektronik dan Penunjangnya</h3>Berikutnya, penting untuk memasukkan berbagai kebutuhan elektronik ke dalam daftar belanja. Ada berbagai hal yang bisa dimasukkan di sini, misalnya baterai,&nbsp;charger, kabel tertentu, bohlam lampu, dan sebagainya.<h3>Vitamin dan Obat</h3>Sebaiknya, kamu memiliki persediaan vitamin dan obat di rumah. Maka dari itu, kamu bisa memasukkannya ke dalam daftar belanja, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan stok yang masih ada. Misalnya, membeli obat maag, flu, sakit kepala, plester luka, dan vitamin C.<h3>Perlengkapan Bayi (Jika Memiliki Bayi)</h3>Jika kamu memiliki bayi di rumah, maka perlengkapan bayi juga perlu dimasukkan ke dalam daftar belanja supaya tidak lupa dibeli.Baca Juga: <a href="https://amartha.com/blog/pendana/money-plus/enam-tips-hemat-anak-kost/">6 Tips Hemat Anak Kost, Biar Keuangan Tetap Aman!</a><h2>Tips Hemat Belanja Bulanan</h2>Setelah mengetahui daftar di atas, kini saatnya kamu memahami berbagai tips penting yang bisa dilakukan supaya belanjamu setiap bulannya jadi makin hemat. Simak dan terapkan tips belanja di bawah ini.<h3>1. Buat Catatan Daftar Belanja</h3>Tips pertama yang penting untuk kamu lakukan adalah mencatat daftar belanja. Di bagian sebelumnya, telah direkomendasikan apa saja yang perlu masuk ke dalam daftar belanja. Itu bisa menjadi referensi, lalu silahkan sesuaikan dengan kebutuhanmu sehari-hari.Sebaiknya, daftar tersebut kamu catat supaya tidak lupa ketika akan mulai berbelanja. Dengan memanfaatkan catatan, kamu bisa terhindar dari lupa membeli barang penting. Selain itu, kamu juga bisa mengetahui apa saja yang memang dibutuhkan, sehingga terhindar dari membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.<h3>2. Susun Skala Prioritas</h3>Tips kedua, jangan lupa untuk menyusun skala prioritas. Perlu dipahami bahwa tidak semua hal dalam daftar belanja perlu dibeli sekaligus dalam sekali belanja.Mungkin saja, ada barang-barang yang bisa dibeli pada minggu kedua atau ketiga, sehingga belanja bulanan tidak dilakukan dalam satu waktu. Dalam hal ini, misalnya bahan-bahan makanan yang punya jangka waktu tertentu untuk penyimpanannya.Lalu, bisa saja ada barang-barang yang tidak perlu dibeli setiap bulan sekali, sehingga bisa saja dibeli dalam beberapa bulan sekali. Jadi, sebaiknya kamu mengatur skala prioritas dalam daftar belanja.<h3>3. Lakukan Perbandingan Harga</h3>Tips ketiga yaitu membandingkan harga yang ditawarkan di berbagai tempat belanja. Bisa jadi, akan lebih hemat jika kamu tidak belanja di satu tempat sekaligus, melainkan di beberapa tempat tergantung dari harga yang ditawarkan.Ada beberapa barang yang mungkin lebih murah di tempat tertentu. Jadi, tidak ada salahnya kamu membandingkan harga di berbagai supermarket, pasar, toko kelontong, hingga toko&nbsp;online.<h3>4. Atur Waktu Belanja</h3>Waktu belanja juga merupakan pertimbangan yang sebaiknya kamu perhatikan. Ada berbagai waktu yang biasanya menawarkan harga spesial atau diskon, misalnya di akhir bulan, awal bulan, atau hari besar. Kamu bisa memanfaatkan waktu tersebut jika ingin lebih hemat dalam belanja.Selanjutnya, kamu juga bisa memilih waktu yang nyaman untuk belanja. Kamu bisa mengunjungi supermarket di jam tidak ramai untuk menghindari keramaian, misalnya jam 10 atau 11 pagi, sebelum masuk jam istirahat makan siang. Hal ini bisa membuatmu terhindar dari antre panjang di kasir.Namun, hal ini mungkin akan sulit untuk kamu yang sibuk bekerja pada jam tersebut, sehingga perlu lebih teliti lagi dalam mempertimbangkan waktu belanja yang nyaman.<h3>5. Manfaatkan Diskon, Kupon,&nbsp;Cashback, dan Sejenisnya</h3>Tips selanjutnya, jangan lupa untuk memanfaatkan berbagai jenis kupon, diskon, cashback, dan sejenisnya. Kamu bisa mencari informasi tentang hal ini dari berbagai sumber, misalnya aplikasi belanja atau media sosial.Kamu juga bisa mengunjungi beberapa tempat belanja jika ingin lebih optimal dalam memanfaatkan diskon di berbagai tempat. Belanja di toko online yang menawarkan harga menarik pun patut untuk dipertimbangkan, namun jangan lupa perhitungan ongkos kirimnya.<h3>6. Manfaatkan Kartu Supermarket</h3>Berbagai supermarket atau tempat belanja lainnya bisa menawarkan kartu anggota dengan macam-macam keuntungannya. Kamu bisa memanfaatkan kartu ini ketika belanja bulanan supaya mendapatkan keuntungan, misalnya diskon spesial.<h3>7. Hindari Membeli secara Impulsif</h3>Membeli secara impulsif atau impulsive buying adalah sebuah keinginan untuk melakukan pembelian secara tiba-tiba. Biasanya, hal ini dilakukan tanpa pemikiran yang panjang dan matang. Jadi, barang yang dibeli pun belum tentu benar-benar dibutuhkan.Misalnya, membeli sesuatu karena tampilannya lucu dan menarik, padahal tidak membutuhkan barang tersebut.Untuk meminimalisir hal ini, catatan daftar belanja bisa sangat membantu, karena bisa mengingatkan kamu tentang apa saja yang memang diperlukan.<h3>8. Memakai Uang Tunai</h3>Saat ini, ada berbagai jenis cara pembayaran yang bisa dilakukan ketika belanja. Namun, memakai uang tunai dapat memberikan kelebihan tersendiri, yakni akan lebih membantumu ketika ingin berhemat. Dengan uang tunai, kamu semakin melihat seberapa banyak dana yang sudah dikeluarkan untuk belanja.<h3>9. Jangan Mudah Tergiur Memakai Dompet Digital</h3>Masih terkait dengan pemakaian uang tunai, tips selanjutnya yaitu jangan mudah tergoda untuk melakukan pembelian dengan dompet digital, kartu kredit, dan kartu debit.Bisa jadi, meski sudah niat memakai uang tunai, kamu tetap ingin membeli barang lainnya&nbsp; (di luar daftar belanja) dengan memakai metode lainnya. Sebaiknya, jangan mudah tergoda untuk melakukan pembelian secara impulsif ini.Itulah berbagai tips yang bisa kamu lakukan jika ingin menghemat belanja kebutuhan setiap bulannya. Berbagai hal memang sebaiknya diperhatikan, supaya keuangan keluarga bisa teratur dengan baik. Jadi bagaimana, apakah sudah semakin terbayang cara mengatur belanja untuk bulan selanjutnya?Selain penting untuk mengatur belanja bulanan, kamu juga bisa melakukan pendanaan melalui&nbsp;microfinance marketplace <a href="https://amartha.com/individu/microfinance-marketplace/">Amartha</a>. Ini adalah pendanaan berdampak yang bisa membuatmu turut membantu UMKM dan mewujudkan kesejahteraan yang lebih merata. Dapatkan imbal hasil hingga 15% flat per tahun cuma dengan modalin Rp100.000 aja.Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/ZC6C/hn9rrbn8">Android</a> Download aplikasi Amartha di&nbsp;<a href="https://amartha.onelink.me/fUOv/hxcq7mtv">iOS</a>

Anti Over Budget! 9 Tips Belanja Bulanan yang Efektif

medium_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

small_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

thumbnail_bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

bagaimana-cara-mengatasi-kebiasaan-impulsive-buying.jpeg

Impulsive buying merupakan sebuah perilaku seseorang dalam membeli suatu barang atau jasa secara tiba-tiba tanpa adanya perencanaan. Ada berbagai hal yang membuat seseorang&nbsp; memiliki perilaku impulsive buying seperti mengikuti suasana hati, enggak mau ketinggalan zaman, lapar mata atau mendapat dana tambahan.

Seorang impulsive buying sedikit sekali memikirkan kegunaan barang saat membeli. Para peneliti juga menduga bahwa emosi dan feeling berperan besar dalam keputusan seorang impulsive buyers. Patut disadari bahwa impulsive buying dapat membuat kondisi keuangan kita tidak sehat. Kita akan terus membuang uang untuk hal yang sebetulnya tidak terlalu kita butuhkan. Bahaya khan?

Lalu, bagaimana cara mengatasi perilaku impulsive buying?
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga:&nbsp;<a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/pendana/lifestyle/apa-saja-pemicu-impulsive-buying/">Apa Saja Pemicu Impulsive Buying?</a></h4>
<h1>Buat Daftar Belanja</h1>
<img class="aligncenter size-full wp-image-3359" src="https://access.amartha.com:443/uploads/rawpixel_252130_unsplash_06c9e22b08.jpg" alt="" width="5837" height="3896">

Siapakah orang yang paling peduli dengan keuangan pribadi kamu? Jawabannya ada di sebelum tanda tanya. Iya, hanya kamu yang peduli dengan keuangan kamu khan? Nah, untuk mengatasi perilaku impulsive buying yang selama ini menggerogoti keuangan kamu, maka kamu perlu membuat daftar belanja tetap. Cukup tuliskan pemasukan dan pengeluaran secara rutin, jangan lupa sisihkan juga untuk investasi.
<h1>Melakukan Terapi Keuangan</h1>
[caption id="attachment_3320" align="aligncenter" width="2500"]<img class="size-full wp-image-3320" src="https://access.amartha.com:443/uploads/rawpixel_603653_unsplash_23ea824384.jpg" alt="" width="2500" height="1868"> unsplash[/caption]

Terapi keuangan merupakan salah satu usaha untuk mengobati pola pikir dengan memasukkan informasi penting seperti cara meningkatkan pendidikan keuangan, berusaha keras dan disiplin diri dalam mengelola keuangan. Terapi keuangan biasanya adalah orang-orang yang sudah profesional di bidang keuangan atau juga psikolog yang memiliki pendidikan keuangan.
<h1>Gunakan Uang Cash</h1>
[caption id="attachment_3050" align="aligncenter" width="5184"]<img class="size-full wp-image-3050" src="https://access.amartha.com:443/uploads/mathieu_turle_524977_unsplash_2a0d884cb9.jpg" alt="" width="5184" height="3456"> unsplash[/caption]

Dalam berbelanja, sebaiknya kamu menggunakan uang cash daripada mengandalkan kartu kredit. Dengan menggunakan uang tunai, rasa kehilangan uang akan lebih terasa lho. Dalam kasus lain, apabila kamu tidak bisa membayar barang atau jasa tersebut dengan uang tunai itu artinya kamu belum sanggup untuk membelinya.
<h1>Minta Bantuan Teman</h1>
Saat berniat membeli suatu barang atau jasa, ada baiknya kamu meminta pendapat dari teman atau orang lain kecuali petugas toko. Kamu perlu meminta pendapat orang yang sudah mengenal kepribadian kamu dalam membeli suatu barang, nasihat jujur dari mereka dapat membuatmu enggan membeli barang kesukaan yang sedang diskon lho.
<h4 style="text-align: center;">Baca Juga:&nbsp;<a style="color: #800080;" href="https://amartha.com/blog/work-smart/tips-memulai-bisnis-online/">Tips Jitu Memulai Dan Mengembangkan Bisnis Online</a></h4>
Dengan melakukan cara di atas, kamu bisa lebih bijak lagi dalam menggunakan uang. Nah, ada juga lho cara lainnya yaitu dengan melakukan alternatif investasi lainnya seperti Amartha. Perusahaan peer to peer lending yang menghubungkan investor di kota dengan peminjam di desa khususnya perempuan ini akan memberikan keuntungan hingga 15 persen per tahun. Tak hanya itu, kamu juga dapat memberikan dampak sosial di pedesaan. Karena, pendanaan digunakan untuk&nbsp;memberdayakan para ibu-ibu di desa&nbsp; menjadi pengusaha mandiri. Apalagi, Amartha telah memiliki izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk informasi lebih lanjut klik di <a href="http://amartha.com">www.amartha.com</a>

Bagaimana Cara Mengatasi Kebiasaan Impulsive Buying?

Tag: belanja