icon-langEN
logo-amartha
Home / Blog / Mitra / Cerita Mitra / Pantang Menyerah di Usia Senja: Perjalanan Ibu Rosna Menenun Kesejahteraan Keluarga Hingga Mancanegara
icon-lang
icon-lang

Pantang Menyerah di Usia Senja: Perjalanan Ibu Rosna Menenun Kesejahteraan Keluarga Hingga Mancanegara

By Tim Blog Amartha - 6 Apr 2025 - 3 min membaca

Jika ada pepatah petitih minang yang menyebutkan tiado rotan akapun jadi, tiado kayu janjang dikapiang (tidak ada kayu, tangga pun dibelah) – mungkin itu yang tepat menggambarkan semangat Rosna, perempuan tangguh asal Solok, Sumatera Barat untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih sejahtera. Memutuskan mengadu nasib di perantauan saat usia 29 tahun tanpa memiliki keterampilan khusus membuatnya harus memanfaatkan setiap peluang yang ada. Meski terlihat sulit dan kecil namun tetap ia ambil. 

Memiliki tujuh orang anak membuatnya harus lebih ekstra mencari pendapatan tambahan membantu sang suami yang kala itu bekerja sebagai montir mobil truk. Itulah yang mendorong dirinya melakukan banyak pekerjaan serabutan guna menyambung hidup dan membantu perekonomian keluarganya. Hingga satu titik, ia memberanikan diri untuk menggali keterampilan tambahan saat usianya menginjak 41 tahun kala itu.

Perjalanan Cerita Menenun Ibu Rosna

Bermula dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Disnaker Kota Pekanbaru yang saat itu membuka pelatihan kursus menjahit dan menenun kain songket, Rosna memutuskan mengikuti pelatihan tenun untuk pertama kali atas masukan anak pertamanya yang telah lebih dulu menggelutinya. Sempat ragu dengan kemampuannya mengejar pelatihan, namun terbesit kata di batinnya, “kalau urang lain bisa, kok ambo indak” (kalau orang lain bisa, kok saya tidak) mendorongnya untuk terus mencoba. 

WhatsApp Image 2025-04-04 at 10.52.40 (1).jpeg

Proses merapikan benang pada kain songket cara disisir satu persatu menggunakan jari agar menghasilkan susunan motif yang diinginkan.

Dengan tekad kuat, dalam kurun waktu satu bulan, ibu Rosna sudah bisa menjahit dan menyambungkan motif kain. Kemampuannya pun terus meningkat hingga akhirnya ia bisa menenun kain songket pertamanya setelah intens mengikuti pelatihan selama tiga bulan. Mulailah ia menenun untuk pesanan pribadi dan juga rumah tenun walau pesanan kadang pasang surut. Meskipun belum banyak yang bisa ia produksi namun bisa menambah pendapatan keluarganya.

Bertahun-tahun berlalu, tak disangka nasib baik menyelimuti kehidupannya. Melalui anak  pertamanya – Dhea yang juga aktif bekerja di salah satu perusahaan rumah tenun songket dan manufaktur di Pekanbaru, memberikan kesempatan kepada ibunya untuk membantu memasok kain tenun tambahan dan dipasarkan ke mancanegara, seperti Malaysia, Turki hingga Dubai.


WhatsApp Image 2025-03-17 at 14.35.39.jpeg

Saat menenun songket membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, dikarenakan jika salah dalam menyematkan benang maka motif yang akan dihasilkan juga akan berbeda.

Awal Mula Bertemu dengan Amartha Saat Membutuhkan Modal Usaha

Melihat besarnya potensi tenun kain Melayu di pasar Internasional, setelah bekerja untuk produksi kain di rumah tenun, ia memutuskan untuk membawa alat tenun yang dihibahkan oleh pemerintah daerah agar bisa memproduksi kain tenun lebih maksimal di rumahnya. Dalam sebulan ia mampu memproduksi 5-6 set kain tenun dengan omset mencapai 8-9 juta rupiah, bergantung pada tingkat kerumitan motif tenun yang dibuat.

Namun kala itu ia mengaku sempat merasa kebingungan untuk mencari tambahan modal belanja bahan benang dan kain. Maklum saja, pendapatan yang ia hasilkan baru bisa diterima setelah pesanan kain tenun terkirim. 

“Awalnyo ibuk sempat nio manolak pasanan dari lua karano modalnyo ndak cukuik, tapi untuang ado tetangga yang manggaleh maagiah tau kalua bisa pinjam modal usaho di Amartha.” Rosna bercerita saat itu ia mengetahui Amartha dari tetangganya yang lebih dulu mengajukan modal usaha. 

Menurutnya proses pengajuan modal usaha Amartha sangat memudahkan kelangsungan usaha tenun kainnya. Bahkan adanya pendampingan tenaga lapang Amartha bisa membantunya mulai memasarkan kain tenunnya ke marketplace, ungkap Rosna yang saat itu telah mendapatkan modal usaha dari Amartha sejak tahun 2021.

Menghabiskan waktu selama 30 tahun dengan beragam pengalaman hidup di perantauan membuatnya ingin kembali ke Solok namun tetap bisa menjalankan usaha tenunnya. Dibantu  anak pertamanya yang aktif memasarkan hasil tenunnya di pasar lokal dan ekspor membuat Rosna mendapatkan pesanan rutin tiap bulan.

Harapan Menenun Bersama Amartha

Meski di usia yang tidak lagi secepat dan sejeli dulu, ia merasa bersyukur dapat mengubah arah nasib hidup dan keluarganya menjadi lebih baik. Bahkan ia bisa merenovasi rumah dan memulai usaha ladang bawang yang dijalankan oleh suaminya. Kini untuk bisa terus mengejar pesanan, ia dibantu oleh anak ke-6nya – Puput, yang secara bergantian menenun sembari anaknya berdagang donat di desa.

“Yo ituang ituang tigo urang disiko bisa manolong keperluan sahari-hari, dan ado apak lo yang maladang bawang” (ya itung-itung di sini ada tiga orang yang menolong keperluan sehari-hari, karena ada bapak yang bantu meladang bawang), sambung Rosna.

Kedepannya ia masih sangat ingin memproduksi lebih banyak kain tenun untuk dipasarkan, namun terkendala oleh fasilitas. Pasalnya ia hanya memiliki satu alat tenun, sehingga tidak bisa mempekerjakan atau memberi pelatihan kepada orang lain. Padahal menurutnya masih banyak permintaan pasar baik lokal maupun mancanegara yang belum terlayani secara maksimal.

WhatsApp Image 2025-03-18 at 17.25.07.jpeg

Motif Siku Keluang merupakan kain tenun yang melambangkan sikap dan tanggung jawab yang menjadi idaman dalam masyarakat Melayu.

Ibu Rosna juga berharap semakin banyak generasi muda yang ingin belajar tenun dengan sungguh-sungguh agar warisan kebudayaan kain tenun Songket Melayu ini tidak padam. tutup Rosna seraya mengayun alat tenun.

Kisah Ibu Rosna mencerminkan tantangan dan peluang yang akan dibahas dalam The 2025 Asia Grassroots Forum yang diselenggarakan oleh Amartha. Seperti banyak perempuan pengusaha ultra mikro di Asia Tenggara, ibu menghadapi hambatan dalam mengakses modal formal, yang awalnya menghambat pertumbuhan usahanya. Namun, dengan dukungan pembiayaan berbasis komunitas, ia mampu mengembangkan bisnis tenunnya hingga menembus pasar global.

Mau ikut serta dalam pemberdayaan pelaku usaha UMKM ini bersama Amartha? Yuk mulai langkahmu dengan mendownload aplikasi AmarthaFin dan dukung akses permodalan mereka dengan cara investasi di Celengan!
 

Artikel Terkait

Pantang Menyerah di Usia Senja: Perjalanan Ibu Rosna Menenun Kesejahteraan Keluarga Hingga Mancanegara

Cerita Mitra

Pemberlakuan SATU PIN untuk AmarthaFIN versi 3.14.0 dan Seterusnya!

Produk Terbaru Mitra

Dorong Kolaborasi Lintas Sektor Dalam Amartha Temu Dampak: Road to Impact Festival 2024

Galeri Acara
andi taufan garuda putra

Kenalan dengan Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra

Bisnis

Ada pertanyaan seputar artikel di blog Amartha? atau ingin mengirimkan artikel terbaik kamu untuk di publish di blog Amartha?

Hubungi Kami SEKARANG

https://access.amartha.com/uploads/invite_a21debce13.png